Rabu, 04 Desember 2013

FRASA, KLAUSA , KONJUNGSI


2.1 Frasa
Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.
CIRI-CIRI FRASA:
a.       Dibentuk oleh dua kata atau lebih,
b.      Tidak mengandung unsur
c.       Unsur-unsurnya masih mempertahankan makna aslinya

Pola penamaan struktur frasa berupa istilah Diterangkan (D) sebagai unsur pusat/inti dan istilah yang Menerangkan (M) sebagai unsur penjelas atau atribut. Frasa berdasarkan kategori katanya:
(1)   Frasa Benda
Frasa benda merupakan frasa yang intinya (D) merupakan kata benda seperti frasa laporan pertanggungjawaban presiden, sandiwara murahan, dan rakyat jelata. Frasa benda terdiri atas tiga macam yaitu:
(a) Frasa Benda Setara
Merupakan frasa yang terbentuk oleh dua kata benda yang makna atau kedudukan kedua buah benda itu berada pada bidang yang sama sehingga menyatakan makna himpunan atau kumpulan, misalnya meja kursi, semen pasir, garpu sendok, kasur bantal dan kain baju.
(b) Frasa Benda Bertingkat
Merupakan frasa yang dibentuk dari dua buah unsur; unsur pertama berupa sebuah kata benda menjadi inti frasa (D) yang kedudukannya tidak dapat ditanggalkan dan unsur keduanya (M) dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau kata keterangan yang menjadi unsur penjelas.
Contoh : bubur ayam,   sebuah bintang
                             D         M          M           D
            (c) Frasa Benda Terpadu
Merupakan frasa yang dibentuk oleh unsur-unsur yang secara bersama-sama membentuk kesatuan terpadu yang tidak dapat dipisahkan.
Contoh : ke kebun binatang, di ITB, dengan sempurna, dan dari kampus UGM.

(2) Frasa Kerja
Merupakan frasa yang terdiri atas dua unsur yakni unsur (D) dan unsur (M). unsur D sebagai unsur inti berupa unsur yang berkelas verba dan unsur M berkelas keterangan. Frasa kerja biasanya mengisi fungsi predikat di dalam kalimat.
 (3)  Frasa Sifat
Merupakan frasa yang terdiri atas dua unsur yakni unsur D dan unsur M. unsur D sebagai inti berkelas adjektif dan unsur M yang berupa keterangan. Frasa sifat biasanya menempati unsur predikat di dalam kalimat.
(4)   Frasa Preposisi
Merupakan frasa yang terdiri atas unsur pertama berupa kata depan dan unsur kedua berupa kata benda atau frasa benda. Frasa preposisi biasanya menjadi unsur keterangan dalam kalimat dan tidak terdapat unsur D maupun M. Unsur-unsur yang membentuk frasa preposisi secara bersama-sama membentuk satu kesatuan terpadu yang tidak dapat dipisahkan.

Ramlan (1981) membagi frasa berdasarkan kesetaraan  distribusi unsur unsurnya atas dua jenis, yakni frasa endosentrik dan frasa eksosentrik.
1.  FRASA ENDOSENTRIS
Frasa endosentris yaitu frasa yang distribusi unsur-unsurnya setara dalam kalimat. Dalam frasa endosentris kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu dapat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.
Frasa endosentris terbagi atas tiga jenis:
(a) FRASA ENDOSENTRIS KOORDINATIF  yakni frasa yang unsur-unsurnya setara,
dapat dihubungkan dengan kata dan, atau, misalnya :
• rumah pekarangan
• kakek nenek
• suami isteri
Contoh rumah pekarangan apabila dihubungkan dapat menjadi “rumah atau pekarangan” atau “rumah dan pekarangan”


(b)  Frasa endosentris atributif, yakni frasa yang unsur-unsurnya tidak


setara sehingga tak dapat disisipkan kata penghubung  dan, atau,
misalnya:
• buku baru
• sedang belajar
• belum mengajar
Apabila contoh buku baru dihubungkan dengan kata “dan” atau “atau” akan membentuk sebuah frasa yang terdengar rancu.
(c) Frasa endosentris apositif, yakni frasa yang unsurnya bisa saling menggantikandalam kalimat tapi tak dapat dihubungan dengan kata dan
dan atau Mmisalnya:
• Ahmad, anak Pak Darto sedang belajar
• Anak Pak Darto sedang belajar
• Ahmad, - sedang belajar
Dari contoh di atas, kata Ahmad menggantikan posisi anak Pak Darto begitupula sebaliknya kata anak Pak Darto menggantikan posisi Ahmad.
2.  Frasa Eksosentris
Frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya, misalnya:
• di pasar
• ke sekolah
• dari kampung
Dari contoh di atas distribusi frasa “di pasar” tidak memiliki pola struktur frasa yang sama.

Frasa ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frasa terdiri atas: frasa nominal, frasa verbal, frasa ajektival,frasa, pronomina, frasa numeralia (Depdikbud, 1988).
1.      Frasa verba adalah frasa yang unsur pusatnya (UP) berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, unsur pusat frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa  verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh: Dia berlari(verba).
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis
dapat diberi kata ‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
Contoh frasa verba yang merupakan satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata
atau lebih dengan verba sebagai intinya dan tidak merupakan klausa adalah sebagai
berikut.
• Kapal laut itu sudah belabuh(verba).
• Bapak saya belum pergi(verba).
• Ibu saya sedang mencuci(verba).
2.      Frasa nomina, yaitu frasa yang unsur pusatnya berupa kata yang termasuk kategori nomina. Unsur pusat frasa nomina itu berupa:
a. Nomina sebenarnya
contoh: Pasir(nomina) ini digunakan utnuk mengaspal jalan
b. Pronomina
contoh: Dia itu musuh saya
c. Nama contoh: Dian itu manis
d. Kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina 
contoh: dia rajin → rajin itu menguntungkan
anaknya dua ekor → dua itu sedikit
dia berlari → berlari itu menyehatkan
kata  rajin  pada kaliat pertama awalnya adalah frasa ajektiva,  begitupula
dengan  dua ekor awalnya frasa numeralia, dan kata  berlari yang awalnya
adalah frasa verba.
Contoh kalimat lainnya yang mengandung frasa nomina, misalnya:
• Kakek membeli tiga buah layang-layang.
• Amiruddin makan beberapa butir telur itik.
• Syarifuddin menjual tigapuluh kodi kayu besi
3.      Frasa ajektiva  adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih sedang intinya adalah ajektival (sifat) dan satuan  itu tidak membentuk klausa, misalnya:
• Ibu bapakku sangat gembira(ajektiva).
• Baju itu sangat indah(ajektiva).

Frasa ajektiva unsur pusatnya berupa kata yang termasuk kategori ajektifa. Unsur pusatnya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh: Rumahnya besar.
Ada pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu yang mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan.
Contoh: menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ atau ‘sudah’, tetapi bisa diberi kata ‘sangat’).
4.      Frasa pronomina adalah dua kata atau lebih yang intinya pronomina dan hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat. Misalnya :
• Saya sendiri(pronominal) akan pergi ke pasar
• Kami sekalian(pronominal) akan bekunjung ke Tator
• Kamu semua(pronominal) akan pergi studi wisata di Tator
5.      Frasa numeralia  yaitu frasa yang unsur pusatnya berupa kata yang termasuk kategori   
numeralia, yaitu kata-kata yang secara semantis menyatakan bilangan atau jumlah  tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
Contoh:
•Dua buah
• Tiga ekor
• Lima biji
• Dua  puluh lima orang.
Contoh lain frasa numeralia yaitu dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu
fungsi dalam kalimat, tetapi satuan gramatik itu intinya pada numeralia. Misalnya:
• Tiga buah rumah sedang terbakar
• Lima ekor ayam sedang terbang
• Sepuluh bungkus kue akan dibeli
6.      Frasa preposisi  yaitu frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda. Contoh:
Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata) di teras
• ke rumah teman
• dari sekolah
• untuk saya
7.      Frasa konjungsi yaitu frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.
      Contoh: 
      • Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P) 
      • Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.
Ramlan menyebut frasa tersebut sebagai frasa keterangan, karena keterangan menggunakan kata yang termasuk dalam kategori konjungsi.

Tidak hanya jenis frasa yang sudah tersebut di atas, akan tetapi terdapat pula tipe tipe frasa yaitu sebagai berikut
1.      Frasa Atributif
Frasa  yang salah satu unsurnya mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya, dan yang lain itu menjadi atributnya. Frasa ini berinduk satu.
Contoh: buku kamus.
Buku adalah induknya dan kamus adalah atributnya.
2.      Frasa Apositif
Yaitu frasa endosentris yang berinduk banyak dan bagianbagiannya tidak dihubungkan dengan kata hubung. Tiap-tiap bagian menunjukkan pada referen yang sama.
Contoh: Pak Susilo Bambang Yudhoyono-Presiden Republik Indonesia
Pak Susilo Bambang Yudhoyono sama dengan Presiden Republik Indonesia begitupula Presiden Republik Indonesia sama dengan Pak Susilo Bambang Yudhoyono.
3.      Frasa Objektif
Frasa yang unsur keduanya merupakan objek bagi unsur pertamanya.
Contoh: menulis buku
Dimana unsure kedua yaitu “buku” merupakan objek bagi unsure pertama yaitu “menulis”.
4.      Frasa Konjungtif
Frasa yang ditandai adanya konjungsi (kata sambung) sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda.
Contoh: Saya akan pergi ke dokter, karena saya sakit.
Kata “karena” merupakan konjungsi yang berperan sebagai penanda dalam kalimat tersebut.
5.      Frasa Preposisional
Frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai unsur penjelas.
Contoh: Di belakang sekolah
Kata “di” merupakan kata depan dan belakang sekolah merupakan unsur penjelasnya.
6.      Frasa Predikatif
Frasa yang salah satu unsurnya berfungsi sebagai predikat dan unsurnya dapat dipertukarkan.
Contoh: Waktu ayahku datang, Ibu memasak di dapur.
Ayahku datang merupakan predikatnya. Frasa di atas dapat pula ditukarkan posisinya yaitu menjadi “Ibu memasak di dapur, waktu ayahku datang.”

2.2       Klausa
Definisi Klausa menurut beberapa ahli bahasa :
Kridalaksana, klausa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata, minimal terdiri dari subjek dan predikat serta berpotensi menjadi kalimat.
Ramlan, klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri atas SP (O) (Pel) (K)
H. Alwi, klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih dan mengandung unsur predikasi.

Jadi, Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas S–P baik disertai O, PEL, dan KET maupun tidak. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada.
Contoh:
Ketika orang-orang mulai menyukai ayam bekisar, Edwin sudah memelihara untuk dijual di pasaran.
Kalimat di atas terdiri dari empat klausa, yaitu:
1. (ketika) orang-orang mulai (S–P);
2. menyukai ayam bekisar (P–O);
3. Edwin sudah memelihara (S–P); dan
4. untuk dijual di pasaran (P–Ket.).

            Ciri-ciri klausa adalah sebagai berikut:
1.      Berupa satuan gramatikal
2.      Paling tidak berpola S-P
3.      Bersifat predikatif
4.      Berpotensi menjadi kalimat

Klausa dapat dibagi berdasarkan itemnya yaitu sebagai berikut:
1. Klausa Lengkap,  klausa yang terdiri atas S, P, baik disertai O, Pel, Ket, maupun tidak.
Contoh:
a. Dita sedang membaca buku (S-P-O)
b. Laras menulis surat untuk temannya (S-P-O-K)
c. tadi pagi temanku pergi ke Surabaya (K-S-P-K)
d. anakku menjahitkan temannya baju (S-P-O-Pel)

2. Klausa Tak Lengkap, klausa yang tidak mengandung S, tetapi terdiri dari P baik disertai O, Pel, Ket maupun tidak.
Contoh:
a. sedang membaca buku (misalnya jawaban dari pertanyaan sedang mengapa  dia?
b. setalah beristirahat cukup lama, kami beristirahat sebentar

Berdasarkan fungsinya, klausa dapat dibagi menjadi sebagai berikut:
1. Klausa yang menduduki fungsi subjek
Subjek adalah bagian klausa yang berwujud nomina atau frasa nomina yang menandai apa yang dinyatakan oleh pembicara (penulis). Di dalam bahasa Indonesia, subjek biasanya mendahului predikat, seperti:
- kami sekeluarga berlibur
- berenang itu menyehatkan
Kedua klausa itu disebut klausa ini karena terdiri atas subjek (kami sekeluarga dan berenang itu) serta predikat (berlibur dan menyehatkan). Kedua klausa itu dapat menjadi inti kalimat, yang bagian-bagiannya tetap menduduki fungsi yang sama, seperti:
- Kami sekeluarga bulan yang lalu berlibur di Bali.
- Berenang itu ternyata dapat turut menyehatkan fisik dan mental.

2. Klausa yang menduduki fungsi objek
Objek adalah bagian klausa yang berwujud nomina atau frasa nomina yang melengkapi verba transitif. Objek dikenai perbuatan yang disebutkan dalam predikat verbal. Objek dapat dibagi menjadi dua, yaitu objek langsung dan objek tidak langsung.
Objek langsung adalah objek langsung dikenai perbuatan yang disebutkan dalam predikat verbal; objek tak langsung adalah objek yang menjadi penerima atau yang diuntungkan oleh perbuatan yang terdapat dalam predikat verbal.
Contoh objek langsung:
- bibi sedang menanak nasi
- ibu membawa minuman
Nasi pada contoh di atas merupakan objek bagi verba menanak dan minuman menjadi objek bagi membawa.
Contoh objek tak langsung:
- Bibi sedang menanankkan nasi untuk kita semua.
- Ibu membawakan minuman untuk ayah.
Kata kita semua dalam kalimat di atas merupakan objek taklangsung bagi verba menanakkan, sedangkan untuk ayah adalah objek taklangsung bagi verba membawakan.

3. Klausa keterangan
Klausa keterangan adalah klausa yang menjadi bagian luar inti, yang berfungsi meluaskan atau membatasi makna subjek atau makna predikat. Contohnya:
- keterangan akibat : penjahat itu dihukum mati.
- keterangan sebab : karena sakit, ia tidak jadi ikut.
- keterangan jumlah : bagai pinang dibelah dua.
- keterangan alat : dinaikkan dengan mesin pengangkat.
- keterangan cara : diterima dengan baik.
- keterangan kualitas : berlari bagai kilat.
- keterangan modalitas : tidak mungkin itu terjadi.
- keterangan pewatas : keterangan lebih lanjut.
- keterangan subjek : guru yang baik.
- keterangan syarat : tolonglah kalau kau bisa
- keterangan objek : menjadi pengusaha yang jujur
- keterangan tujuan : bekerja untuk hidup
- keterangan tempat : datang dari barat
- keterangan waktu : ditunggu sampai besok pagi
- Keterangan perlawanan: meskipun lambat, selesai juga dikerjakannya
4. Klausa pelengkap
Klausa pelengkap adalah klausa yang terdiri atas nomina, frasa nomina, adjektiva yang merupakan bagian dari predikat verbal, seperti:
- kakakku menjadi pilot
- kami bermain bola
- persoalan itu dianggap penting
- aku dianggap patung
- adik menari bali
- paman berdagang kain
- negara kita berdasarkan pancasila

Berdasarkan potensinya menjadi kalimat, klausa dapat dibagi menjadi berikut
1. Klausa Bebas, yaitu klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat; dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat sempurna. Dalam kalimat majemuk klausa bebas dianggap sebagai induk kalimat (klausa inti).
Contoh :

a.  guru saya (S/FN) menyayangi (P/V) semua muridnya (O/FN)
b.  kami melanjutkan perjalanan, setelah beristirahat cukup lama

Klausa Bebas
menurut struktur internnya - berdasarkan kategori kata atau frasa yang
menduduki fungsi predikat,
a) Klausa (berpredikat) Verbal
Klausa yang predikatnya verba.
Contoh :
a. Dengan rajin (Ket) para mahasiswa (S/FN) mengerjakan (P/V)  tugas  (O)
Klausa (berpredikat) verbal dibagi menjadi 3, yakni :
Klausa Ekatransitif, klausa yang berobjek dan tidak berpelengkap.
Contoh : semua hewan mamalia (S/FN) melahirkan (P/V) anak (O/N)
Klausa Dwitransitif, klausa yang berobjek dan pelengkap.
Contoh : saya (S/ProN) harus membelikan (P/FV) anak saya (O/FN) hadiah (Pel/ N)
Klausa Taktransitif, klausa yang tidak berobjek tapi berpelengkap.
Contoh : erlinda (S/N) sudah datang (P/FV)

b) Klausa (berpredikat) Nominal
Klausa yang predikatnya nomina.
Contoh : a. istrinya (S/N)  guru smk (P/FN)

c) Klausa (berpredikat) Adjektival
Klausa yang predikatnya adjektiva.
Contoh : a. alasan para pengunjuk rasa (S/FN) tidak rasional (P/FAdj)

d) Klausa (berpredikat) Nemeral
Klausa yang predikatnya numeralia.
Contoh : a. anaknya (S/N) dua orang (P/FNum)

e) Klausa (berpredikat) Frasa Preposisional
Klausa yang predikatnya frasa preposisional.
Contoh : a. setiap hari (K/FN) saya (ProN) ke kampus (P/FNum)

2. Klausa Terikat, yaitu klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat sempurna, tetapi hanya berpotensi  untuk mejadi kalimat minor; atau klausa yang tidak dapat berdirir sendiri sebagai kalimat sempurna (mayor), tetapi hanya mempunyai potensi sebagai kalimat tak sempurna (minor).
Contoh :
a. saya (S)  akan melamar (P) kamu (O) apabila telah lulus (Keterangan/ Klausa)
Apabila telah lulus (dalam kalimat “saya akan melamarmu apabila telah lulus”) merupakan klausa terikat.
Klausa Terikat
menurut struktur internnya,
a)      Klausa (terikat) Nominal, klausa terikat yang dapat menggantikan nomina dalam kalimat.
Contoh :
1. Ani (S) menyatakan (P/V) sesuatu (O/N)
2. Ani (S) menyatakan (P/V) hal itu (O/FN)
3. Ani (S) menyatakan (P/V) bahwa ia tidak dapat hadir (O/ Klausa terikat nominal)

b)      Klausa (terikat) Adjektival,  klausa terikat yang menggantikan kedudukan adjektiva dalam kalimat.
Contoh :
lelaki tua itu (S/FN) dosen saya (P/FN)
tua – berkategori adjektiva
lelaki yang berbaju batik itu dosen saya
a. lelaki itu (S) dosen saya (P)
b. lelaki itu(S)  berbaju (P) batik (Pel)

c)      Klausa (terikat) Adverbial, klausa yang mengalami kedudukan adverbia yang berfungsi menunjukkan waktu, tempat, atau cara dalam kalimat utama.
Contoh :
Saya akan pulang nanti
Saya (S) akan pulang (P) kalau ayah sudah pergi (Ket/ Klausa)
klausa ; kalau (Konj Subordinasi) ayah (S) sudah pergi (P)








2.3       Konjungsi
Kata penghubung disebut juga konjungsi atau kata sambung, yang berarti kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa (Hasan Alwi, dkk., 2003: 296). Dalam pengertian lainnya, konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi (Harimurti, 2007: 102). Menurut Depdikbud (1991:519) konjungsi adalah partikel yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, sedangkan menurut Chaer (2000:140) konjungsi adalah kata-kata yang digunakan untuk menhubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijabarkan bahwa pada dasarnya (konjungsi) berfungsi menghubungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat.

 Fungsi Konjungsi
Fungsi konjungsi menghubungkan :
a.       kata dengan kata.
b.      Frasa dengan frasa.
c.       Klausa dengan klausa.
d.      kalimat dengan kalimat.
e.       paragraf dengan pragraf (konjungsi antarparagraf dinamakan transisi)

Jenis-Jenis Konjungsi
1. Konjungsi antar klausa
Konjungsi antar klausa dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu sebagai berikut:
a. Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur  kalimat atau lebih yang kedudukannya sederajat atau setara(Abdul Chaer, 2008: 98) Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang memiliki status sintaksis yang sama. (konjungsi setara )
b. Konjungsi subordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang memiliki status sintaksis yang tidak sama. (konjungsi bertingkat )
Macam-macamnya:
1.     Konjungsi subordinatif waktu; sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, hingga, sampai.
2.     Konjungsi subordinatif syarat; jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala
3.     Konjungsi subordinatif pengadaian; andaikan, seandainya, andaikata, umpamanya, sekiranya
4.     Konjungsi subordinatif tujuan; agar, supaya, biar
5.     Konjungsi subordinatif konsesif; biarpun, meskipun, sekalipun, walaupun, sungguhpun, kendatipun.
6.     Konjungsi subordinatif pembandingan; ibarat, seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana.
7.     Konjungsi subordinatif sebab; sebab, karena, oleh karena
8.     Konjungsi subordinatif hasil; hingga, sehingga, sampai(-sampai), maka(nya)
9.     Konjungsi subordinatif alat; dengan
10. Konjungsi subordinatif cara; tanpa
11. Konjungsi subordinatif komplementasi; bahwa
12. Konjungsi subordinatif atributif; yang
13. Konjungsi subordinatif perbandingan; sama ... dengan

c. Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa dan kedua unsur itu memiliki status sintaksis yang sama.  Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan.

2. Konjungsi antarkalimat
Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain. Oleh karena itu, konjungsi ini selalu memulai satu kalimat yang baru dan huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital.
Macam-macam konjungsi antarkalimat :
1.      Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya, seperti biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, sesungguhnya demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, dan meskipun demikian/begitu.
Contoh: Saya tidak suka dengan cara dia berbicara. Walaupun demikian,saya harus tetap menghormatinya.
2.      Konjungsi yang menyatakan lanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya, seperti sesudah itu, setelah itu, dan selanjutnya.
Contoh: Untuk hari ini, yang akan saya pelajari pertama adalah pelajaran Bahasa Indonesia. Setelah itu, saya akan belajar Matematika.
3.       Konjungsi yang menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah dinyatakan sebelumnya, seperti  tambahan pula, lagi pula, dan selain itu.
Contoh: Kami menyambut tahun baru dengan kemeriahan kembang api.Selain itu, suara terompet juga ikut menambah semaraknya suasana tahun baru.
4.      Konjungsi yang menyatakan kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya, seperti sebaliknya.
Contoh: Janganlah kita membuang sampah di sungai ini! Sebaliknya, kita harus menjaganya agar tetap bersih untuk mencegah terjadinya banjir.
5.      Konjungsi yang menyatakan keadaan yang sebenarnya, seperti sesungguhnya dan bahwasanya.
Contoh: Temanku mengalami kecelakaan tadi siang. Sesungguhnya, aku sudah mencegahnya untuk tidak mengendarai sepeda motor saat hujan tadi siang.
6.      Konjungsi yang menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya, seperti malahan dan bahkan.
Contoh: Penduduk di Indonesia banyak yang mengalami masalah ekonomi. Bahkan, ada penduduk yang sampai bunuh diri karena masalah ekonomi tersebut.
7.      Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya, seperti namun dan akan tetapi.
Contoh: Situasi di desa kami sudah cukup aman setelah terjadi gempa tadi pagi. Akan tetapi, pihak yang berwenang menyuruh warga agar tetap waspada karena ada kemungkinan terjadinya gempa susulan.
8.      Konjungsi yang menyatakan konsekuensi, seperti dengan demikian.
Contoh: Kamu telah terpilih menjadi ketua kelas bulan ini. Dengan demikian, kamu harus menjalani tugasmu dengan sebaik-baiknya.
9.      Konjungsi yang menyatakan akibat, seperti oleh karena itu dan oleh sebab itu.
Contoh: Aku sudah melarangnya untuk melakukan hal itu. Oleh karena itu, biarkan saja dia merasakan akibatnya.
10.  Konjungsi yang menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya, seperti sebelum itu.
Contoh: Sukanto telah berhasil memecahkan rekornya sendiri dalam ajang SEA Games tahun ini. Sebelum itu, dia juga pernah memecahkan rekor atas namanya sendiri pada ajang SEA Games tiga tahun yang lalu.

3. Konjungsi Antar paragraf
Konjungsi antar paragraf yaitu konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan paragraf tempat konjungsi itu dipakai dengan paragraf sebelumnya. Konjungsi antar paragraf pada umumnya terletak pada awal paragraf.
Contoh konjungsi antarparagraf yaitu:
a. Alkisah Bayan berhikayat
b. Sebermula ada seorang saudagar






1 komentar:

  1. makasih lengkap sekali artikelnya, sepertinya masih kurang tuh konjungsinya

    BalasHapus