2.1 Frasa
Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah
satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui
batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata
tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai subjek, predikat, objek,
pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.
CIRI-CIRI
FRASA:
a. Dibentuk
oleh dua kata atau lebih,
b. Tidak
mengandung unsur
c. Unsur-unsurnya masih mempertahankan
makna aslinya
Pola
penamaan struktur frasa berupa istilah Diterangkan (D) sebagai unsur pusat/inti
dan istilah yang Menerangkan (M) sebagai unsur penjelas atau atribut. Frasa
berdasarkan kategori katanya:
(1) Frasa
Benda
Frasa
benda merupakan frasa yang intinya (D) merupakan kata benda seperti frasa
laporan pertanggungjawaban presiden, sandiwara murahan, dan rakyat jelata. Frasa
benda terdiri atas tiga macam yaitu:
(a)
Frasa Benda Setara
Merupakan
frasa yang terbentuk oleh dua kata benda yang makna atau kedudukan kedua buah
benda itu berada pada bidang yang sama sehingga menyatakan makna himpunan atau
kumpulan, misalnya meja kursi, semen pasir, garpu sendok, kasur bantal dan kain
baju.
(b)
Frasa Benda Bertingkat
Merupakan
frasa yang dibentuk dari dua buah unsur; unsur pertama berupa sebuah kata benda
menjadi inti frasa (D) yang kedudukannya tidak dapat ditanggalkan dan unsur
keduanya (M) dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau kata
keterangan yang menjadi unsur penjelas.
Contoh
: bubur ayam, sebuah bintang
D M
M D
(c) Frasa Benda Terpadu
Merupakan
frasa yang dibentuk oleh unsur-unsur yang secara bersama-sama membentuk
kesatuan terpadu yang tidak dapat dipisahkan.
Contoh
: ke kebun binatang, di ITB, dengan sempurna, dan dari kampus UGM.
(2)
Frasa Kerja
Merupakan
frasa yang terdiri atas dua unsur yakni unsur (D) dan unsur (M). unsur D
sebagai unsur inti berupa unsur yang berkelas verba dan unsur M berkelas
keterangan. Frasa kerja biasanya mengisi fungsi predikat di dalam kalimat.
(3) Frasa
Sifat
Merupakan
frasa yang terdiri atas dua unsur yakni unsur D dan unsur M. unsur D sebagai
inti berkelas adjektif dan unsur M yang berupa keterangan. Frasa sifat biasanya
menempati unsur predikat di dalam kalimat.
(4) Frasa
Preposisi
Merupakan
frasa yang terdiri atas unsur pertama berupa kata depan dan unsur kedua berupa
kata benda atau frasa benda. Frasa preposisi biasanya menjadi unsur keterangan
dalam kalimat dan tidak terdapat unsur D maupun M. Unsur-unsur yang membentuk
frasa preposisi secara bersama-sama membentuk satu kesatuan terpadu yang tidak
dapat dipisahkan.
Ramlan
(1981) membagi frasa berdasarkan kesetaraan
distribusi unsur unsurnya atas dua jenis, yakni frasa endosentrik dan
frasa eksosentrik.
1. FRASA ENDOSENTRIS
Frasa
endosentris yaitu frasa yang distribusi unsur-unsurnya setara dalam kalimat.
Dalam frasa endosentris kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu dapat digantikan
oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi
tertentu disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah
frasa yang memiliki unsur pusat.
Frasa
endosentris terbagi atas tiga jenis:
(a)
FRASA ENDOSENTRIS KOORDINATIF yakni frasa
yang unsur-unsurnya setara,
dapat dihubungkan dengan kata dan, atau,
misalnya :
• rumah pekarangan
• kakek nenek
• suami isteri
Contoh
rumah pekarangan apabila dihubungkan dapat menjadi “rumah atau
pekarangan” atau “rumah dan pekarangan”
(b) Frasa endosentris atributif, yakni frasa yang
unsur-unsurnya tidak
setara sehingga tak dapat disisipkan
kata penghubung dan, atau,
misalnya:
• buku baru
• sedang belajar
• belum mengajar
Apabila contoh buku baru dihubungkan
dengan kata “dan” atau “atau” akan membentuk sebuah frasa yang terdengar rancu.
(c) Frasa endosentris apositif, yakni frasa
yang unsurnya bisa saling menggantikandalam kalimat tapi tak dapat dihubungan
dengan kata dan
dan atau Mmisalnya:
• Ahmad, anak Pak Darto sedang belajar
• Anak Pak Darto sedang belajar
• Ahmad, - sedang belajar
Dari
contoh di atas, kata Ahmad menggantikan posisi anak Pak Darto begitupula
sebaliknya kata anak Pak Darto menggantikan posisi Ahmad.
2. Frasa Eksosentris
Frasa
yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya, misalnya:
•
di pasar
•
ke sekolah
•
dari kampung
Dari
contoh di atas distribusi frasa “di pasar” tidak memiliki pola struktur frasa
yang sama.
Frasa
ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frasa
terdiri atas: frasa nominal, frasa verbal, frasa ajektival,frasa, pronomina, frasa
numeralia (Depdikbud, 1988).
1. Frasa
verba adalah frasa yang unsur pusatnya (UP) berupa kata yang termasuk kategori
verba. Secara morfologis, unsur pusat frasa verba biasanya ditandai adanya
afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata
‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan
biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh: Dia berlari(verba).
Secara morfologis, kata berlari terdapat
afiks ber-, dan secara sintaktis
dapat diberi kata ‘sedang’ yang
menunjukkan verba aktif.
Contoh
frasa verba yang merupakan satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata
atau lebih dengan verba sebagai intinya
dan tidak merupakan klausa adalah sebagai
berikut.
• Kapal laut itu sudah belabuh(verba).
• Bapak saya belum pergi(verba).
• Ibu saya sedang mencuci(verba).
2. Frasa
nomina, yaitu frasa yang unsur pusatnya berupa kata yang termasuk kategori
nomina. Unsur pusat frasa nomina itu berupa:
a. Nomina sebenarnya
contoh: Pasir(nomina) ini digunakan
utnuk mengaspal jalan
b. Pronomina
contoh: Dia itu musuh saya
c. Nama contoh: Dian itu manis
d. Kata-kata selain nomina, tetapi
strukturnya berubah menjadi nomina
contoh: dia rajin → rajin itu
menguntungkan
anaknya dua ekor → dua itu sedikit
dia berlari → berlari itu menyehatkan
kata
rajin pada kaliat pertama awalnya
adalah frasa ajektiva, begitupula
dengan
dua ekor awalnya frasa numeralia, dan kata berlari yang awalnya
adalah frasa verba.
Contoh kalimat lainnya yang mengandung
frasa nomina, misalnya:
• Kakek membeli tiga buah layang-layang.
• Amiruddin makan beberapa butir telur
itik.
• Syarifuddin menjual tigapuluh kodi
kayu besi
3. Frasa
ajektiva adalah satuan gramatik yang
terdiri atas dua kata atau lebih sedang intinya adalah ajektival (sifat) dan
satuan itu tidak membentuk klausa,
misalnya:
• Ibu bapakku sangat gembira(ajektiva).
• Baju itu sangat indah(ajektiva).
Frasa
ajektiva unsur pusatnya berupa kata yang termasuk kategori ajektifa. Unsur
pusatnya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya,
se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh: Rumahnya besar.
Ada
pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu yang
mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang
terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan.
Contoh:
menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ atau ‘sudah’,
tetapi bisa diberi kata ‘sangat’).
4. Frasa
pronomina adalah dua kata atau lebih yang intinya pronomina dan hanya menduduki
satu fungsi dalam kalimat. Misalnya :
•
Saya sendiri(pronominal) akan pergi ke pasar
• Kami sekalian(pronominal) akan
bekunjung ke Tator
• Kamu semua(pronominal) akan pergi
studi wisata di Tator
5. Frasa
numeralia yaitu frasa yang unsur pusatnya
berupa kata yang termasuk kategori
numeralia,
yaitu kata-kata yang secara semantis menyatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat
(dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
Contoh:
•Dua buah
• Tiga ekor
• Lima biji
• Dua
puluh lima orang.
Contoh lain frasa numeralia yaitu dua
kata atau lebih yang hanya menduduki satu
fungsi
dalam kalimat, tetapi satuan gramatik itu intinya pada numeralia. Misalnya:
• Tiga buah rumah sedang terbakar
• Lima ekor ayam sedang terbang
• Sepuluh bungkus kue akan dibeli
6. Frasa
preposisi yaitu frasa yang ditandai
adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok
kata (bukan klausa) sebagai petanda. Contoh:
Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau
kelompok kata) di teras
• ke rumah teman
• dari sekolah
• untuk saya
7. Frasa
konjungsi yaitu frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai
penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah
predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.
Contoh:
• Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa,
mempunyai P)
• Sejak kemarin dia terus diam(P) di
situ.
Ramlan
menyebut frasa tersebut sebagai frasa keterangan, karena keterangan menggunakan
kata yang termasuk dalam kategori konjungsi.
Tidak
hanya jenis frasa yang sudah tersebut di atas, akan tetapi terdapat pula tipe
tipe frasa yaitu sebagai berikut
1. Frasa
Atributif
Frasa yang salah satu unsurnya mempunyai perilaku
sintaksis yang sama dengan keseluruhannya, dan yang lain itu menjadi
atributnya. Frasa ini berinduk satu.
Contoh:
buku kamus.
Buku
adalah induknya dan kamus adalah atributnya.
2. Frasa
Apositif
Yaitu
frasa endosentris yang berinduk banyak dan bagianbagiannya tidak dihubungkan
dengan kata hubung. Tiap-tiap bagian menunjukkan pada referen yang sama.
Contoh:
Pak Susilo Bambang Yudhoyono-Presiden Republik Indonesia
Pak
Susilo Bambang Yudhoyono sama dengan Presiden Republik Indonesia begitupula
Presiden Republik Indonesia sama dengan Pak Susilo Bambang Yudhoyono.
3. Frasa
Objektif
Frasa
yang unsur keduanya merupakan objek bagi unsur pertamanya.
Contoh:
menulis buku
Dimana
unsure kedua yaitu “buku” merupakan objek bagi unsure pertama yaitu “menulis”.
4. Frasa
Konjungtif
Frasa
yang ditandai adanya konjungsi (kata sambung) sebagai penanda dan diikuti
klausa sebagai petanda.
Contoh:
Saya akan pergi ke dokter, karena saya sakit.
Kata
“karena” merupakan konjungsi yang berperan sebagai penanda dalam kalimat
tersebut.
5. Frasa
Preposisional
Frasa
yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai unsur penjelas.
Contoh:
Di belakang sekolah
Kata
“di” merupakan kata depan dan belakang sekolah merupakan unsur penjelasnya.
6. Frasa
Predikatif
Frasa
yang salah satu unsurnya berfungsi sebagai predikat dan unsurnya dapat
dipertukarkan.
Contoh:
Waktu ayahku datang, Ibu memasak di dapur.
Ayahku
datang merupakan predikatnya. Frasa di atas dapat pula ditukarkan posisinya
yaitu menjadi “Ibu memasak di dapur, waktu ayahku datang.”
2.2 Klausa
Definisi Klausa
menurut beberapa ahli bahasa :
Kridalaksana, klausa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan
kata, minimal terdiri dari subjek dan predikat serta berpotensi menjadi kalimat.
Ramlan, klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri atas SP
(O) (Pel) (K)
H. Alwi, klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua
kata atau lebih dan mengandung unsur predikasi.
Jadi, Klausa adalah satuan gramatik
yang terdiri atas S–P baik disertai O, PEL, dan KET maupun tidak. Dengan
ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang
terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga
tidak ada.
Contoh:
Ketika orang-orang mulai menyukai
ayam bekisar, Edwin sudah memelihara untuk dijual di pasaran.
Kalimat di atas terdiri dari empat
klausa, yaitu:
1. (ketika) orang-orang mulai (S–P);
2. menyukai ayam bekisar (P–O);
3. Edwin sudah memelihara (S–P); dan
4. untuk dijual di pasaran (P–Ket.).
Ciri-ciri
klausa adalah sebagai berikut:
1.
Berupa satuan gramatikal
2.
Paling tidak berpola S-P
3.
Bersifat predikatif
4.
Berpotensi menjadi kalimat
Klausa
dapat dibagi berdasarkan itemnya yaitu sebagai berikut:
1. Klausa Lengkap, klausa yang terdiri atas S, P, baik disertai O,
Pel, Ket, maupun tidak.
Contoh:
a. Dita sedang membaca buku (S-P-O)
b. Laras menulis surat untuk temannya (S-P-O-K)
c. tadi pagi temanku pergi ke Surabaya (K-S-P-K)
d. anakku menjahitkan temannya baju (S-P-O-Pel)
a. Dita sedang membaca buku (S-P-O)
b. Laras menulis surat untuk temannya (S-P-O-K)
c. tadi pagi temanku pergi ke Surabaya (K-S-P-K)
d. anakku menjahitkan temannya baju (S-P-O-Pel)
2. Klausa Tak Lengkap, klausa yang tidak mengandung
S, tetapi terdiri dari P baik disertai O, Pel, Ket maupun tidak.
Contoh:
a. sedang membaca buku (misalnya jawaban dari pertanyaan sedang mengapa dia?
b. setalah beristirahat cukup lama, kami beristirahat sebentar
a. sedang membaca buku (misalnya jawaban dari pertanyaan sedang mengapa dia?
b. setalah beristirahat cukup lama, kami beristirahat sebentar
Berdasarkan
fungsinya, klausa dapat dibagi menjadi sebagai berikut:
1.
Klausa yang menduduki fungsi subjek
Subjek
adalah bagian klausa yang berwujud nomina atau frasa nomina yang menandai apa
yang dinyatakan oleh pembicara (penulis). Di dalam bahasa Indonesia, subjek biasanya
mendahului predikat, seperti:
-
kami sekeluarga berlibur
-
berenang itu menyehatkan
Kedua
klausa itu disebut klausa ini karena terdiri atas subjek (kami sekeluarga dan
berenang itu) serta predikat (berlibur dan menyehatkan). Kedua klausa itu dapat
menjadi inti kalimat, yang bagian-bagiannya tetap menduduki fungsi yang sama,
seperti:
-
Kami sekeluarga bulan yang lalu berlibur di Bali.
-
Berenang itu ternyata dapat turut menyehatkan fisik dan mental.
2.
Klausa yang menduduki fungsi objek
Objek
adalah bagian klausa yang berwujud nomina atau frasa nomina yang melengkapi
verba transitif. Objek dikenai perbuatan yang disebutkan dalam predikat verbal.
Objek dapat dibagi menjadi dua, yaitu objek langsung dan objek tidak langsung.
Objek
langsung adalah objek langsung dikenai perbuatan yang disebutkan dalam predikat
verbal; objek tak langsung adalah objek yang menjadi penerima atau yang
diuntungkan oleh perbuatan yang terdapat dalam predikat verbal.
Contoh
objek langsung:
-
bibi sedang menanak nasi
-
ibu membawa minuman
Nasi
pada contoh di atas merupakan objek bagi verba menanak dan minuman menjadi
objek bagi membawa.
Contoh
objek tak langsung:
-
Bibi sedang menanankkan nasi untuk kita semua.
-
Ibu membawakan minuman untuk ayah.
Kata
kita semua dalam kalimat di atas merupakan objek taklangsung bagi verba
menanakkan, sedangkan untuk ayah adalah objek taklangsung bagi verba
membawakan.
3.
Klausa keterangan
Klausa
keterangan adalah klausa yang menjadi bagian luar inti, yang berfungsi
meluaskan atau membatasi makna subjek atau makna predikat. Contohnya:
-
keterangan akibat : penjahat itu dihukum mati.
-
keterangan sebab : karena sakit,
ia tidak jadi ikut.
-
keterangan jumlah : bagai pinang dibelah dua.
-
keterangan alat : dinaikkan dengan mesin
pengangkat.
-
keterangan cara : diterima dengan
baik.
-
keterangan kualitas : berlari bagai kilat.
-
keterangan modalitas : tidak
mungkin itu terjadi.
-
keterangan pewatas : keterangan lebih
lanjut.
-
keterangan subjek : guru yang baik.
-
keterangan syarat : tolonglah kalau
kau bisa
-
keterangan objek : menjadi pengusaha yang
jujur
-
keterangan tujuan : bekerja untuk
hidup
-
keterangan tempat : datang dari
barat
-
keterangan waktu : ditunggu sampai besok
pagi
-
Keterangan perlawanan: meskipun
lambat, selesai juga dikerjakannya
4.
Klausa pelengkap
Klausa
pelengkap adalah klausa yang terdiri atas nomina, frasa nomina, adjektiva yang
merupakan bagian dari predikat verbal, seperti:
-
kakakku menjadi pilot
-
kami bermain bola
-
persoalan itu dianggap penting
-
aku dianggap patung
-
adik menari bali
-
paman berdagang kain
-
negara kita berdasarkan pancasila
Berdasarkan potensinya menjadi
kalimat, klausa dapat dibagi menjadi berikut
1. Klausa Bebas, yaitu klausa yang memiliki potensi untuk menjadi
kalimat; dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat sempurna. Dalam kalimat
majemuk klausa bebas dianggap sebagai induk kalimat (klausa inti).
Contoh :
a. guru saya (S/FN) menyayangi (P/V) semua muridnya (O/FN)
b. kami melanjutkan perjalanan, setelah beristirahat cukup lama
Contoh :
a. guru saya (S/FN) menyayangi (P/V) semua muridnya (O/FN)
b. kami melanjutkan perjalanan, setelah beristirahat cukup lama
Klausa Bebas
menurut
struktur internnya - berdasarkan kategori kata atau frasa yang
menduduki
fungsi predikat,
a) Klausa (berpredikat) Verbal
Klausa yang
predikatnya verba.
Contoh :
a. Dengan rajin (Ket) para mahasiswa (S/FN) mengerjakan
(P/V) tugas (O)
Klausa
(berpredikat) verbal dibagi menjadi 3, yakni :
Klausa Ekatransitif, klausa yang berobjek dan tidak berpelengkap.
Contoh : semua hewan mamalia (S/FN) melahirkan (P/V) anak (O/N)
Klausa Dwitransitif, klausa yang berobjek dan pelengkap.
Contoh : saya (S/ProN) harus membelikan (P/FV) anak saya (O/FN) hadiah (Pel/ N)
Klausa Taktransitif, klausa yang tidak berobjek tapi berpelengkap.
Contoh : erlinda (S/N) sudah datang (P/FV)
Klausa Ekatransitif, klausa yang berobjek dan tidak berpelengkap.
Contoh : semua hewan mamalia (S/FN) melahirkan (P/V) anak (O/N)
Klausa Dwitransitif, klausa yang berobjek dan pelengkap.
Contoh : saya (S/ProN) harus membelikan (P/FV) anak saya (O/FN) hadiah (Pel/ N)
Klausa Taktransitif, klausa yang tidak berobjek tapi berpelengkap.
Contoh : erlinda (S/N) sudah datang (P/FV)
b) Klausa (berpredikat) Nominal
Klausa yang
predikatnya nomina.
Contoh : a. istrinya
(S/N) guru smk (P/FN)
c) Klausa (berpredikat) Adjektival
Klausa yang
predikatnya adjektiva.
Contoh : a. alasan para
pengunjuk rasa (S/FN) tidak rasional (P/FAdj)
d) Klausa (berpredikat) Nemeral
Klausa yang
predikatnya numeralia.
Contoh : a. anaknya (S/N)
dua orang (P/FNum)
e) Klausa (berpredikat) Frasa Preposisional
Klausa yang
predikatnya frasa preposisional.
Contoh : a. setiap hari
(K/FN) saya (ProN) ke kampus (P/FNum)
2. Klausa Terikat, yaitu klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi
kalimat sempurna, tetapi hanya berpotensi untuk mejadi kalimat minor;
atau klausa yang tidak dapat berdirir sendiri sebagai kalimat sempurna (mayor),
tetapi hanya mempunyai potensi sebagai kalimat tak sempurna (minor).
Contoh :
a. saya (S) akan melamar (P) kamu (O) apabila telah lulus (Keterangan/ Klausa)
Apabila telah lulus (dalam kalimat “saya akan melamarmu apabila telah lulus”) merupakan klausa terikat.
a. saya (S) akan melamar (P) kamu (O) apabila telah lulus (Keterangan/ Klausa)
Apabila telah lulus (dalam kalimat “saya akan melamarmu apabila telah lulus”) merupakan klausa terikat.
Klausa Terikat
menurut struktur internnya,
menurut struktur internnya,
a) Klausa (terikat) Nominal, klausa terikat yang dapat
menggantikan nomina dalam kalimat.
Contoh :
1. Ani (S) menyatakan (P/V) sesuatu (O/N)
2. Ani (S) menyatakan (P/V) hal itu (O/FN)
3. Ani (S) menyatakan (P/V) bahwa ia tidak dapat hadir (O/ Klausa terikat nominal)
1. Ani (S) menyatakan (P/V) sesuatu (O/N)
2. Ani (S) menyatakan (P/V) hal itu (O/FN)
3. Ani (S) menyatakan (P/V) bahwa ia tidak dapat hadir (O/ Klausa terikat nominal)
b) Klausa (terikat) Adjektival, klausa terikat yang
menggantikan kedudukan adjektiva dalam kalimat.
Contoh :
lelaki tua itu (S/FN) dosen saya (P/FN)
tua – berkategori adjektiva
lelaki yang berbaju batik itu dosen saya
a. lelaki itu (S) dosen saya (P)
b. lelaki itu(S) berbaju (P) batik (Pel)
lelaki tua itu (S/FN) dosen saya (P/FN)
tua – berkategori adjektiva
lelaki yang berbaju batik itu dosen saya
a. lelaki itu (S) dosen saya (P)
b. lelaki itu(S) berbaju (P) batik (Pel)
c) Klausa (terikat) Adverbial, klausa yang mengalami kedudukan
adverbia yang berfungsi menunjukkan waktu, tempat, atau cara dalam kalimat
utama.
Contoh :
Saya akan pulang nanti
Saya (S) akan pulang (P) kalau ayah sudah pergi (Ket/ Klausa)
klausa ; kalau (Konj Subordinasi) ayah (S) sudah pergi (P)
Saya akan pulang nanti
Saya (S) akan pulang (P) kalau ayah sudah pergi (Ket/ Klausa)
klausa ; kalau (Konj Subordinasi) ayah (S) sudah pergi (P)
2.3 Konjungsi
Kata
penghubung disebut juga konjungsi atau kata sambung, yang berarti kata tugas
yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa
dengan frasa, atau klausa dengan klausa (Hasan Alwi, dkk., 2003: 296). Dalam
pengertian lainnya, konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan
satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua
satuan lain atau lebih dalam konstruksi (Harimurti, 2007: 102). Menurut Depdikbud (1991:519)
konjungsi adalah partikel yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata,
frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat,
sedangkan menurut Chaer (2000:140) konjungsi adalah kata-kata yang digunakan untuk
menhubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan
kalimat. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijabarkan bahwa pada
dasarnya (konjungsi) berfungsi menghubungkan kata dengan kata, frase dengan
frase, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat.
Fungsi Konjungsi
Fungsi konjungsi menghubungkan :
a. kata dengan kata.
b. Frasa dengan frasa.
c. Klausa dengan klausa.
d. kalimat dengan kalimat.
e. paragraf dengan pragraf (konjungsi
antarparagraf dinamakan transisi)
Jenis-Jenis Konjungsi
1. Konjungsi antar klausa
Konjungsi antar klausa dapat dibagi
menjadi tiga jenis yaitu sebagai berikut:
a. Konjungsi
koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya
sederajat atau setara(Abdul Chaer, 2008: 98) Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan
dua klausa atau lebih yang memiliki status sintaksis yang sama. (konjungsi
setara )
b. Konjungsi subordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang memiliki status sintaksis yang tidak sama. (konjungsi bertingkat )
Macam-macamnya:
b. Konjungsi subordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang memiliki status sintaksis yang tidak sama. (konjungsi bertingkat )
Macam-macamnya:
1. Konjungsi subordinatif waktu; sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika,
tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, hingga, sampai.
2. Konjungsi subordinatif syarat; jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala
3. Konjungsi subordinatif pengadaian; andaikan, seandainya, andaikata, umpamanya, sekiranya
4. Konjungsi subordinatif tujuan; agar, supaya, biar
5. Konjungsi subordinatif konsesif; biarpun, meskipun, sekalipun,
walaupun, sungguhpun, kendatipun.
6. Konjungsi subordinatif pembandingan; ibarat,
seakan-akan, seolah-olah,
sebagaimana, seperti, sebagai, laksana.
7. Konjungsi subordinatif sebab; sebab, karena, oleh karena
8. Konjungsi subordinatif hasil; hingga, sehingga, sampai(-sampai),
maka(nya)
9. Konjungsi subordinatif alat; dengan
10. Konjungsi subordinatif cara; tanpa
11. Konjungsi subordinatif komplementasi; bahwa
12. Konjungsi subordinatif atributif; yang
13. Konjungsi subordinatif perbandingan; sama
... dengan
c. Konjungsi korelatif adalah
konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa dan kedua unsur itu
memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua
bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang
dihubungkan.
2. Konjungsi antarkalimat
Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan satu kalimat
dengan kalimat yang lain. Oleh karena itu, konjungsi ini selalu memulai satu
kalimat yang baru dan huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital.
Macam-macam konjungsi antarkalimat :
1.
Konjungsi yang menyatakan
pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya,
seperti biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, sesungguhnya
demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, dan meskipun
demikian/begitu.
Contoh: Saya tidak suka dengan
cara dia berbicara. Walaupun demikian,saya harus tetap menghormatinya.
2.
Konjungsi yang menyatakan lanjutan
dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya, seperti sesudah itu,
setelah itu, dan selanjutnya.
Contoh: Untuk
hari ini, yang akan saya pelajari pertama adalah pelajaran Bahasa
Indonesia. Setelah itu, saya akan belajar Matematika.
3.
Konjungsi yang menyatakan
adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah dinyatakan
sebelumnya, seperti tambahan pula, lagi pula, dan selain
itu.
Contoh: Kami menyambut tahun baru dengan kemeriahan kembang api.Selain
itu, suara terompet juga ikut menambah semaraknya suasana tahun baru.
4.
Konjungsi yang menyatakan
kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya, seperti sebaliknya.
Contoh: Janganlah
kita membuang sampah di sungai ini! Sebaliknya, kita harus menjaganya
agar tetap bersih untuk mencegah terjadinya banjir.
5.
Konjungsi yang menyatakan keadaan
yang sebenarnya, seperti sesungguhnya dan bahwasanya.
Contoh: Temanku
mengalami kecelakaan tadi siang. Sesungguhnya, aku sudah mencegahnya
untuk tidak mengendarai sepeda motor saat hujan tadi siang.
6.
Konjungsi yang menguatkan keadaan
yang dinyatakan sebelumnya, seperti malahan dan bahkan.
Contoh: Penduduk
di Indonesia banyak yang mengalami masalah ekonomi. Bahkan, ada
penduduk yang sampai bunuh diri karena masalah ekonomi tersebut.
7.
Konjungsi yang menyatakan
pertentangan dengan keadaan sebelumnya, seperti namun dan akan
tetapi.
Contoh: Situasi
di desa kami sudah cukup aman setelah terjadi gempa tadi pagi. Akan
tetapi, pihak yang berwenang menyuruh warga agar tetap waspada karena ada
kemungkinan terjadinya gempa susulan.
8.
Konjungsi yang menyatakan konsekuensi,
seperti dengan demikian.
Contoh: Kamu
telah terpilih menjadi ketua kelas bulan ini. Dengan demikian, kamu
harus menjalani tugasmu dengan sebaik-baiknya.
9.
Konjungsi yang menyatakan akibat,
seperti oleh karena itu dan oleh sebab itu.
Contoh: Aku
sudah melarangnya untuk melakukan hal itu. Oleh karena itu, biarkan
saja dia merasakan akibatnya.
10. Konjungsi yang menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan
sebelumnya, seperti sebelum itu.
Contoh: Sukanto
telah berhasil memecahkan rekornya sendiri dalam ajang SEA Games tahun
ini. Sebelum itu, dia juga pernah memecahkan rekor atas namanya
sendiri pada ajang SEA Games tiga tahun yang lalu.
3. Konjungsi Antar paragraf
Konjungsi antar paragraf yaitu
konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan paragraf tempat konjungsi itu
dipakai dengan paragraf sebelumnya. Konjungsi antar paragraf pada umumnya terletak
pada awal paragraf.
Contoh konjungsi antarparagraf
yaitu:
a. Alkisah Bayan berhikayat
b. Sebermula ada seorang saudagar
makasih lengkap sekali artikelnya, sepertinya masih kurang tuh konjungsinya
BalasHapus