Rabu, 04 Desember 2013

KATA ( PENGERTIAN, BENTUK, DAN JENIS-JENIS KATA )

Pengertian Kata
            Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.
            Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat:
1.      KATA DASAR
kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan.
2.      KATA TURUNAN
 Perubahan yang disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata.
Syarat afiksasi yaitu kata afiks itu harus dapat ditempatkan pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Contoh: kata minuman, kata ini terdiri dari dua unsur langsung, yaitu kata minum yang di sebut bentuk bebas dan –an yang di sebut bentuk terikat. Makna ini di sebut makna afiks. Contoh kata yang lain seperti: kata timbangan, pikiran, satuan, gambaran, buatan, bungkusan.
Kata afiks itu merupakan bentuk terikat, tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatis (tertulis) selalu melekat pada bentuk lain. Contoh: kedua, kehendak, kekasih, ketua, artinya antara imbuhan ke- dan kata dua tidak dapat di pisahkan, karena apabila dipisahkan akan mempunyai arti yang berbeda. Demikian juga dengan kata kehendak, kekasih dan ketua. Berbeda halnya dengan bentuk di seperti pada kata di rumah, di pekarangan, di ruang, tidak dapat di golongkan afiks, karena sebenarnya bentuk itu secara gramatis mempunyai sifat bebas. Demikian halnya dengan bentuk ke seperti pada kata ke rumah, ke toko, ke kota , ini tidak dapat di golongkan afiks. Jadi, dalam afiks hanya dapat di bentuk apabila imbuhan itu dalam bentuk terikat.
Afiks tidak memiliki arti leksis, artinya tidak mempunyai pertalian arti karena kata itu berupa imbuhan. Sedangkan imbuhan itu dapat mempengaruhi arti kata itu sendiri. Contoh: bentuk –nya yang sudah tidak mempunyai pertalian arti dengan ia. Misalnya: rupanya, agaknya, termasuk golongan afiks, karena hubungannya dengan arti leksisnya sudah terputus.
Imbuhan itu dapat mengubah makna, jenis dan fungsi sebuah kata dasar atau bentuk dasar menjadi kata lain, yang fungsinya berbeda dengan kata dasar atau bentuk dasar.
Contoh: afiks baru: pembaruan → peng- an. Pada contoh ini terjadi perubahan bentuk imbuhan dari pem- an menjadi peng- an, hal ini terjadi karena pengaruh asimilasi bunyi. Kata belakang → keterbelakangan → terbelakang. Pada kata ini terjadi perubahan bentukke-an.
 Macam-Macam Imbuhan (Afiks)
a. Awalan (prefiks/ prefix) 
Awalan (prefiks / prefix) adalah imbuhan yang terletak di awal kata. Proses awalan (prefiks) ini di sebut prefiksasi (prefixation). Berdasarkan dan pertumbuhan bahasa yang terjadi, maka awalan dalam bahasa indonesia dibagi menjadi dua macam, yaitu imbuhan asli dan imbuhan serapan, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing.  Awalan terdiri dari me, di, ke, ter, pe, per, se, ber, dan dijelaskan dalam contoh.
a.      Awalan me dan pe
Awalan me- pada sebuah kata dasar berfungsi untuk membentuk kata kerja aktif. Awalan pe- pada suatu kata dasar dapat berfungsi menjadi kata benda. Perubahan awalan me- menjadi meng-, pe- menjadi peng- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /a/, /e/, /g/, /h/,/i/, /u/, /o/, /k/
·         Contoh: ambil→mengambil,               
 gulung→menggulung,                gulung→penggulung
hibur→menghibur                     hancur→penghancur
Perubahan awalan me- menjadi men-, pe- menjadi pen- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /c/, /d/, /j/
·         Contoh: cuci→ mencuci,             cuci → pencuci
               dorong→mendorong         dorong →pendorong
             jual→menjual                            jual → penjual
Perubahan awalan me- menjadi mem-, pe- menjadi pem- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /b/, /f/, /v/
·         Contoh: beli→membeli                        beli→ pembeli
Perubahan awalan me menjadi meny-, pe- menjadi peny- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /s/
·         Contoh: siksa→ menyiksa               siksa→ penyiksa
Awalan me tetap menjadi me apabila kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /l/, /m/, /n/, /ng/, /r/, dan /w/.
·         Contoh: lirik → melirik      
·         Masak → memasak   nanti   → menanti
·         rawat   → merawat     waris   → mewaris




Kata dasar yang memiliki bunyi /p/, /t/, /k/ diubah menjadi /m/ dan /n/
·         Contoh: pakai – memakai, pemakai
Kata dasar yang tidak mengalami perubahan bunyi awalan adalah: /l/, /m/, /n/, /r/.
·         Contoh: lamar – melamar, pelamar
Awalan me(N)- memiliki makna sebagai berikut.
a. Melakukan perbuatan.
    Contoh: mengambil, menjual, menilai.
b. Melakukan perbuatan dengan alat.
    Contoh: mengail, menyabit, mencangkul.
c. Menjadi atau dalam keadaan.
    Contoh: menurun, meluap, meninggi.
d. Membuat kesan seolah-olah.
    Contoh: membisu, mengalah.
e. Menuju ke
    Contoh: mendarat, menepi.
f. Mencari
   Contoh: mendamar, merotan
b.      Awalan ber
Penggunaan awalan ber- mempunyai kaidah-kaidah sebagai berikut.
a. Apabila diikuti bentuk dasar yang berhuruf awal /r/ atau yang suku kata awalnya berakhir       dengan –er-, maka awalan ber- berubah menjadi be-.
·         Contoh: ber + rantai → berantai
b.apabila bertemu dengan kata ajar maka ber berubah menjadi bel. 
·         Contoh: ber + ajar → belajar
c. Apabila diikuti kata dasar selain yang disebutkan di atas, ber- tidak mengalami perubahan   bentuk.
       Contoh:  ber + balik → berbalik
Awalan ber- bermakna sebagai berikut.
a. Melakukan perbuatan.
    Contoh: bernyanyi, berbaur, berdandan.
b. Mempunyai
    Contoh: beratap, berhasil, beruang, berambut.
c. Memakai/menggunakan/mengendarai.
    Contoh: berbaju, bersepeda, bersepatu.
d. Mengeluarkan.
    Contoh: bertelur, berbau, berair, berkata.
e. Berada dalam keadaan.
    Contoh: bergegas, beramai-ramai.
f. Menyatakan sifat atau sikap mental.
    Contoh: berbaik hati, berbahagia, berhati-hati.
g. Menyatakan ukuran, jumlah.
    Contoh: bertahun-tahun, bermeter-meter, berdua
c.       Awalan di dan ter
Awalan di- dan ter- berfungsi membentuk kata kerja dan membawa arti yang pasif. Penempatan obyek di depan sebagai subyek dalam kalimat dan pemindahan pelaku menjadi obyek dalam kalimat dapat diterapkan untuk kedua awalan ini.
  • Contoh: Kotoran itu diinjak oleh temanku. (membawa arti pasif)
             Pintu itu tertutup. (arti fasif)
Awalan ter- menyatakan makna sebagai berikut.
a. Sudah di- atau dapat di-.
    Contoh: tertutup, terbuka.
b. Ketidaksengajaan
    Contoh: terbawa, terpegang, terlihat, tertendang.
c. Tiba-tiba
    Contoh: teringat, terjatuh.
d. Dapat/kemungkinan
    Contoh: ternilai, terangkat.
e. Paling/superlatif
    Contoh: tertua, terbagus, terindah.
f. Sampai ke-
   Contoh: terulang, terbuku.
d.      Awalan se
Awalan se- berfungsi untuk membentuk kata benda.
  • Contoh: Ikat → seikat,
             Indah → seindah
Makna-makna yang dikandung awalan se- adalah sebagai berikut.
a. Berarti satu
    Contoh: sebuah, sebatang, seorang, seekor, sebutir.
b. Berarti seluruh atau seisi
    Contoh: sedesa, serumah, sekampung, senegeri.
c. Berarti sama-sama
    Contoh: sepermainan, seperjuangan.
d. Sama dengan
    Contoh: setinggi (gunung), sekuat (gajah), sebodoh (keledai).
e. Menyatakan waktu
    Contoh: sesudah, setibanya.

e.  Awalan ke-
       berfungsi membentuk kata kerja intransitif ( tidak membutuhkan obyek).
  • Contoh: Luar → keluar (Ia sedang keluar .)
·         Makna yang terkandung pada awalan –ke adalah sebagai berikut.
a. Bermakna tingkat atau kumpulan
    Contoh: kesatu, kedua, ketiga, kesepuluh.
b. Yang di-i
    Contoh: ketua, kehendak, kekasih.
 b. Akhiran (sufiks/ sufix)
·         Akhiran (sufiks/ sufix) adalah imbuhan yang terletak di akhir kata. Dalam proses pembentukan kata ini tidak pernah mengalami perubahan bentuk. Proses pembentukannya di sebut safiksasi (suffixation). Akhiran terdiri dari kan, an, i, nya, man, wati, wan, asi, isme, in, wi, dan lainnya dalam contoh.
1.Akhiran -an
    contoh: -an + pikir→pikiran
Akhiran –an bermakna sebagai berikut.
a. menyatakan tempat
    contoh: pangkalan, kubangan
b. menyatakan alat
    contoh: ayunan, timbangan
c. menyatakan hal atau cara
    contoh: didikan, pimpinan
d. menyatakan akibat, hasil perbuatan
    contoh: hukuman, balasan
e. menyatakan sesuatu yang di-
    contoh: cacatan, suruhan
f. menyatakan menyatakan seluruh, kumpulan
   contoh: lautan, sayuran
g. menyatakan menyerupai
    contoh: anak-anakan, kuda-kudaan
h. menyatakan tiap-tiap
    contoh: tahunan, mingguan
i. menyatakan mempunyai sifat
   contoh: asinan, kuningan

2. akhiran -in
    contoh: -in + hadir→hadirin
3. akhiran -wan
    contoh: -wan + karya→karyawan
4. akhiran –wati
    contoh: -wati + karya→karyawati
5.akhiran –wi
   contoh: -wi+ manusia→manusiawi.
6.akhiran -kan
   contoh: -kan + baca→bacakan
Makna akhiran –kan antara lain:
a. menyatakan perbuatan untuk orang lain
    contoh: membacakan, menghidangkan, dibelikan.
b. membuat jadi
    contoh: meninggikan, diputihkan.
c. tidak sengaja
    contoh: termanfaatkan
d. pengantar objek sebagai pengganti kata depan
    contoh: bertaburkan, bermandikan
7.akhiran –i
    contoh: -i + alam→alami
Makna akhiran –i, antara lain:
a. menyatakan perbuatan yang berulang-ulang
    Contoh: memukuli, mencomoti.
b. Memberi, membubuhi
    Contoh: menandatangani, membumbui
c. Menghilangkan
    Contoh: menguliti
8.akhiran –nya
    contoh: -nya + tinggi→tingginya
Fungsi akhiran –nya adalah sebagai berikut.
a. Membentuk kata benda.
   Contoh: ramainya, tingginya, dinginnya, enaknya, tenggelamnya.
b. Menjelaskan atau menekankan kata yang didepannya.
   Contoh: Di rumah ini ada hantunya.
c. Menjelaskan situasi.
   Contoh: Ia belajar dengan tekunnya.
d. Menyertai kata keterangan.
   Contoh: agaknya, rupanya, sebenarnya, sesungguhnya.
c.Sisipan (infiks /infix)
·         Sisipan (infiks/ infix) adalah imbuhan yang terletak di dalam kata. Jenis imbuhan ini tidak produktif, artinya pemakaiannya terbatas hanya pada kata-kata tertentu. Jadi hampir tidak mengalami pertambahan secara umum. Sisipan terletak pada suku pertama kata dasarnya, yang memisahkan konsonan pertama dengan vokal pertama suku tersebut. Prosesnya imbuhan kata tersebut di sebut infixation. Imbuhan yang berupa sisipan seperti: -er-, -el-, -em- dan -in.
a.sisipan -er
contoh: -er + gigi→gerigi
b.sisipan -el
contoh: -el + tunjuk →telunjuk

c.sisipan -em
contoh: -em + gertak→gemertak
d.sisipan -in
contoh: in + kerja→kinerja
Sisipan ( infiks/ infix) dapat mempunyai makna, antara lain:
·         Menyatakan banyak dan bermacam-macam. Contohnya: tali→ temali, artinya terdapat bermacam-macam tali. gigi→gerigi, artinya terdapat bermacam gigi. sabut→serabut, artinya terdapat bermacam-macam sabut. kelut→kemelut, gunung→gemunung, artinya terdapat bermacam-macam gunung.
·         Menyatakan intensitas frekuentif, artinya menyatakan banyaknya waktu. Contoh: getar→gemetar, artinya menunjukan banyaknya waktu getar atau gerak suatu benda. guruh→gemuruh, artinya menunjukan banyaknya waktu guruh. gertak→gemertak, artinya menujukan banyaknya waktu bunyi gertak. cicit→cericit, artinya menujukan banyaknya waktu bunyi cicit.
·          Menyatakan sesuatu yang mempunyai sifat seperti yang di sebut pada kata dasarnya. Contoh: kata kerja→kinerja, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan kerja atau sesuatu sifat kegigihan. kuning→kemuning, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan warna kuning. gilang→gemilang, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan cerah. turun→temurun, artinya sesuatu yang mempunyai sifat terus-menerus. tunjuk→telunjuk, artinya sesuatu yang mempunyai sifat seperti tunjuk.
e.       Konfiks
1. Ber-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung ber-kan adalah membentuk kata kerja intransitive yang dilengkapi dengan sebuah pelengkap.
- Bila dipasangkan dengan kata benda tertentu akan membentuk makna “menjadikan yang disebut pelengkapnya sebagai yang disebut kata dasarnya”, cth: bersenjatakan, berdasarkan.
- Imbuhan gabung ber-kan tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung ber-kan akan mengalami morfologi.
2. Ber-an
Sifat
:
- Fungsi imbuhan gabung ber-an adalah membentuk kata kerja intrnasitif.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja yang menyatakan gerak akan membentuk makna “banyak serta tidak teratur” (berlarian, beterbangan).
- Bila dipasangakan dengan kata kerja tertentu atau pada kata benda yang menyatakan letak atau jarak, maka akan membentuk makna “saling atau berbalasan” (berpotongan, bersebelahan).
- Imbuhan gabung ber-an tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal mendapat imbuhan gabung ber-an akan mengalami morfologi.
3. Per-kan
Sifat
:
- Imbuhan gabung per-kan bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja tertentu akan membentuk makna “jadikan bahan…” (pertunjukan).
- Imbuhan gabung per-kan bila dipasangkan dengan beberapa kata sifat tertentu akan membentuk makna “jadikan supaya…” (perkenalkan).
- Imbuhan gabung per-kan tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung per-kan akan mengalami morfologi.
4. Per-an
Sifat:
- Memiliki 3 bentuk : Per-an, Pe-an, Pel-an.
- Berfungsi membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan mebentuk makna “melakukan hal” (pergerakan).
- Bila dipasangkan dengan kata benda, maka akan membentuk makna “masalah tentang…” (perekonomian, perhotelan).
- Biila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “tempat ….” (peristirahatan, persembunyian).
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan tempat akan membentuk makna “daerah, wilayah, atau kawasan…” (pegunugnan, pedalaman).
5. Per-i
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata sifat tertentu akan membentuk makna “lakukan supaya jadi…” (pebaiki)
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “lakukan yang disebutkan pada kata dasarnya” (Persetujui).
- Imbuhan gabung Per-I tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal mendapat imbuhan gabung per-I akan mengalami morfolagi.
6. Pe-an
Sifat:
- Mempunyai 6 bentuk : Pe-an, Pem-an, Pen-an, Peny-an, Peng-an, Penge-an.
- Berfungsi untuk membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, kata benda, kata sifat, maka akan membentuk makna “hal atau peristiwa” (Pembinaan, Penghijauan, pemasaran”).
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja, sifat, benda, akan mebentuk makna “proses” (Pembayaran, penulisan).
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja, sifat, benda, akan mebentuk makna “tempat…” (pemakaman, pelelangan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, kata jadian pada kata gabung maka akan mendapatkan makna “alat”, (penggorengan, penglihatan).
7. Di-kan
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif berimbuhan me-kan.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja yang pelakunya terletak di belakang kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal mendapat imbuhan gabung di-kan akan mengalami morfologi.
8. Di-i
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif yang berimbuhan me-i.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak sesudah kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung di-I akan mengalami morfologi.
9. Me-kan
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja aktif transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat atau kata kerja yang menyatakan keadaan, maka maknanya “menyebabkan jadi” (membingungkan).
- Bila dipasangakan dengan kata dasar merupakan kata kerja keadaan yang mebentuk kata jadian, maka maknanya “menyebabkan jadi…” (menyeragamkan).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat yang berbentuk gabungan kata, maka maknanya adalah “membuat jadi” (menghancurleburkan).
- Me-kan + kata kerja transitif akan menghasilkan makna “melakukan sesuatu untuk orang lain” (membukakan, membelikan).
10. Me-i
Sifat:
- fungsi imbuhan gabung me-I adalah membentuk kata kerja aktif transitif.
- Me-I + kata sifat manghasilkan makna “membuat jadi” (menerangi).
- Me-I + kata benda menghasilkan makna “meberi atau membubuhi” (menggarami, menggulai)
- Me-I + kata kerja menghasilkan makna “melakukan sesuatu” (menanami)
- Me-I + kata kerja yang menyatakan tindakan menghasilkan makna “melakukan berulang-ulang” (menembaki, memukuli).
- Me-I + kata kerja yang menyatakan emosi/ sikap batin menghasilkan makna “merasakan sesuatu pada” (menyukai, menyenangi).
11. Ter-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ter-kan adalah membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna “dapat dilakukan” (terselesaikan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “tidak sengaja dilakukan” (tertanamkan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Ter-kan akan mengalami morfologi.
12. Ter-i
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ter-I adalah membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja atau sifat tertentu akan membentuk makna “dapat dilakukan”, (terseberangi).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja dan kata benda tertentu akan membentuk makna “tidak sengaja terjadi” (terlempari).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Ter-i akan mengalami morfologi.
13. Ke-an
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ke-an adalah membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, sifat, atau kata berimbuhan dan kata gabung akan membentuk makna “hal atau peristiwa” (kedatangan, kenaikan, keterlambatan)
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan jabatan akan membentuk makna “tempat atau wilayah” (kedutaan, kelurahan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat, maka akan membentuk makna “sedikit bersifat atau keadaan” (kehijauan, kepucatan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat atau kerja yang menyatakan keadaan akan membentuk makna “mengalami atau tidak sengaja” (kebanjiran, kedinginan).
- Bila dipasangakan dengan beberapa kata sifat maka membentuk makna “terlalu” (kebesaran, keasinan). Untuk menyatakan makna “terlalu” disarankan tidak menggunakan imbuhan gabung Ke-an melainkan dengan menggunakan kata keterangan terlalu, sehingga, dll.
- Bila dipasangkan dengan kata benda tertentu, akan membentuk makna “hal atau masalah” (kehutanan, kepariwisataan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Ke-an akan mengalami morfologi.

e. Simulfiks
1. Memper-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Memper-kan adalah membentuk kata kerja transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “menjadikan sebagai bahan” (memperdebatkan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat dan kata kerja yang menyatakan keadaan akan membentuk makna “menjadikan supaya” (mempersiapkan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Memper-kan akan mengalami morfologi.
2. Memper-i
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Memper-I membentuk kata kerja transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “membuat supaya obyeknya menjadi atau menjadi lebih” (memperbaiki).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “melakukan yang disebut pada kata dasarnya” (memperturuti).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Memper-i akan mengalami morfologi.
3. Diper-kan
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif berimbuhan gabung Memper-kan.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak sesudah kata kerjanya dengan makna “dibuat jadi…”.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Diper-kan akan mengalami morfologi.
4. Diper-i
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif berimbuhan gabung Memper-i.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak sesudah kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Diper-i akan mengalami morfologi



3.      KATA ULANG
 kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian.
Kata ulang yaitu kata dasar yang diulang. Dalam hal ini yang diulang bukan morfem melainkan kata.kita bisa melihat contoh berikut : sepeda-sepeda , berasal dari satu kata sepeda. Sebaliknya, kata kupu-kupu bukanlah kata ulang karena dalam bahasa Indonesia tiak dikenal kupu. Oleh karena itu, bentuk tersebut bukan merupakan kata ulang.
1.      Prinsip pengulangan
a.       Selalu mempunyai dasar yang diulang
b.      Proses pengulangan tidak mengubah jenis(kelas) kata
c.       Bentuk dasarnya adalah kata yang lazim (umum) dipakai dalam tindak berbahasa
2.      Macam-macam kata ulang
a.       Kata ulang utuh / penuh
Contoh : rumah-rumah, berasal dari kata dasar rumah
b.      Kata ulang berimbuhan
Contoh : diinjak-injak, berasal dari kata dasar injak
c.       Kata ulang sebagian/parsial berimbuhan
Contoh : Berpandang-pandangan, berasal dai kata dasar pandang
d.      Kata ulang dwi purwo
Contoh : sesama,berasal dari kata dasar sama
e.       Kata ulang berubah bunyi
Contoh : sayur-mayur, berasal dari kata dasar sayur
3.      Fungsi kata ulang
Pada prinsipnya pengulangan tidak mengubah jenis kata. Artinya bila kata dasarnya kata benda akan tetap menjadi kata benda pada kata ulangnya, demikian pula untuk jenis kata lainnya. Akan tetapi, ada sebagian pengulangan yang mengubah jenis kata khususnya yang diubah menjadi kata tugas, seperti kata bukan-bukan, sama-sama, serta-merta, dan sebagainya.
4.      Arti kata ulang
a. Banyak tak tentu
    Contoh: lembu-lembu
    Lembu-lembu itu berebut makanan
b. Bermacam-macam
    Contoh : sayur-sayuran
Sebaiknya kita mulai menanam sayur-sayuran
c. Menyerupai
    Contoh: kuda-kudaan
    Anak-anak TK itu senang bemain kuda-kudaan
d.Melemahkan
   Contoh : kekanak-kanakan
   Walau sudah 20 tahun sifatny masih kekanak-kanakan
e.Menyatakan intensitas
   Ada tiga bagian yaitu:
1)      Kualitatif : kuat-kuat
2)      Kuantitatif : rumah-rumah
3)      Frekuentatif : menggeleng-gelengkan
f.Menyatakan saling (resiprokal)
  Contoh : salam-salaman
   Mereka salam-salaman saat lebaran
g.Menyatakan arti seperti pada bentuk dasarnya
    Contoh : masak-masakan
    Ibu membuka kursus masak-masakan
h.Menyatakan perbuatan yang seenaknya
    Contoh : duduk-duduk
    Kami duduk-duduk di serambi depan
i.Menyatakan arti paling (superlative)
   Contoh : sebesar-besarnya
   Buatlah roti bolu sebesar-besarnya agar bias dicatat alam buku MURI.
j.Menyatakan kumpulan
   Contoh : dua-dua
   Sikakan anda membungkus roti itu dua-dua
k.Menyatakan walaupun
    Contoh : hujan-hujan
    Hujan-hujan, ia tetap datang.
l.Menyatakan selalu
     Contoh : mereka-mereka
Mereka-mereka yang datang terlambat

4.      KATA MAJEMUK
gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru.
                 Ciri-ciri kata majemuk menurut M. Ramlan

a. Salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata.
                  Yang dimaksud dengan istilah pokok kata ialah satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatik tidak memiliki sifat bebas, yang dapat di jadikan bentuk dasar bagi sesuatu kata. Misalnya : juang, temu, lomba, tempur, tahan, dan masih banyak lagi.
Satuan gramatik yang unsurnya berupa kata dan pokok kata, atau kata semua, berdasarkan ciri ini, merupakan kata majemuk. Unsur yang berupa kata dan pokok kata misalnya : kolam renang, pasukan tempur, barisan tempur, medan tempur, brigade tempur, daya tempur, lomba lari, tenaga kerja dan masih banyak lagi. Sedangkan unsur yang berupa kata yaitu kolam, pasukan, barisan, medan, brigade, daya, lari, kamar, jam, waktu, tenaga dan masa. Dan untuk kata majemuk yang terdiri dari pokok kata semua misalnya terima kasih, lomba tari, lomba rias, lomba nyanyi, lomba renang, tanggung jawab, simpan pinjam, jual beli, dan sebagainya.
b.Unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan, atau tidak mungkin diubah strukturnya.
Misalnya :
·         ia menjadi kaki tangan musuh
·         ia menjadi kaki dan tangan musuh
·         kaki dan tangannya sudah tidak ada

dari kalimat di atas terlihat bahwa  kaki tangan merupakan kata majemuk karena kedua unsurnya tidak mungkin di pisahkan. Satuan anak buah berbeda dengan anak orang sekalipun unsurnya sama, berupa kata nominal semua. Pada anak orang unsur anak dan orang dapat dipisahkan, atau dapat diubah struktunya. Tetapi unsur-unsur pada anak buah tidak dapat dipisahkan dan juga tidak dapat diubah strukturnya. Demikianlah dapat disimpulkan bahwa anak buah adalah kata majemuk, sedangkan anak orang adalah frase. Berikut beberapa contoh kata majemuk berdasar ciri ini : ruang makan, baju dalam, daun pintu, mata pencaharian, pejabat tinggi, kapal terbang, anak timbangan, dan lain-lain.
c.Salah satu atau semua unsurnya berupa morfem unik.
Morfem unik yaitu morfem yang hanya mampu berkombinasi dengan satu   satuan tertentu. Misalnya simpang siur, gelap gulita, terang benderang.
Jenis Kata Majemuk
Ada empat dasar yang biasanya digunakan untuk menjeniskan kata majemuk, yaitu berdasarkan hubungan gramatik antar usurnya, berdasarkan hubungan semantis antarunsurnya, berdasarkan jumlah bentuk dasar yang membentuk kata majemuk itu, dan berdsarkan kelas kata bentuk dasar yang membentuknya.
1 Berdasarkan Hubungan Gramatis Antarunsurnya
Berdasarkan hubungan gramatis antarunsurnya, kata majemuk terdiri atas kata majemuk endosentris dan kata majemuk eksosentris Kata majemuk endosentris adalah kata majemuk yang unsur pembentuknya ada yang diterangkan (D) dan ada yang menerangkan (M). Strukturnya bisa berupa D-M, misalnya kamar mandi dan hari besar, atau M-D yang pada umumnya berasal dari unsur serapan, misalnya perdana menteri dan akil balig. Sementara itu, kata majemuk eksosentris atau dwanda adalah kata majemuk yang hubungan gramatis antarunsurnya sejajar dan tidak saling menerangkan sehingga hanya bersifat kopulatif  Contoh kata majemuk jenis ini adalah kaki tangan, tua muda, dan sunyi senyap.
2 Berdasarkan Hubungan Sematis Antarunsurnya
Berdasarkan hubungan sematis antarunsurnya, kata majemuk terdiri atas kata majemuk yang hubungan antarunsurnya setara, misalnya tanggung jawab kata majemuk yang hubungan makna antarunsurnya bersinonim, misalnya pucat pasi, dan kata majemuk yang hubungan makna antarunsurnya berantonim, misalnya simpan pinjam
3 Berdasarkan Jumlah Bentuk Dasar yang Membentuknya
Berdasarkan jumlah bentuk dasarnya, kata majemuk dapat dipilah menjadi kata majemuk yang terdiri atas dua bentuk dasar, misalnya meja tulis, kepala dingin, dan membabi buta, serta kata majemuk yang terdiri atas tiga bentuk dasar, misalnya telur mata sapi, kereta api cepat, dan setali tiga uang .
Pengamatan yang seksama terhadap sejumlah kata majemuk bahasa Indonesia berhasil menemukan berbagai pola kata majemuk sebagai berikut ini.
a)KB   +  KB
b)
KB   +  KKj
c)
KB   +  KS
d)
KB   +  Kbil
e)
KKj  +  KB
f)
KKj  +  KKj
g)
KKj  +  KS
h)KS    +  KS
i)KS     +  KB
j)Kbil   +  KB
Kata majemuk berstruktur KB + KB
Kata mejemuk yang berstruktur KB + KB terbentuk dari dua unsur, yakni kata benda diikuti kata benda, seperti : tangan besi. contoh kalimat: Anton menjadi tangan besi pak Andi 
Kata majemuk berstruktur KB + KKj
Dalam bahasa Indonesia sering ditemui kata majemuk jam kerja, jam terbang, piring terbang, jam belajar, dan sebagainya. Kata majemuk-kata majemuk ini berstruktur kategori KB + KKj. Adapun contoh pemakaiannya adalah:
a)      Jam kerja dosen itu sangat panjang.
b)      Jam tebang mengajar guru itu sudah panjang.
c)      Orang itu pernah melihat piring terbang.
d)     Di Yogyakarta sekarang diberlakukan jam belajar
Kata majemuk berstruktur KB + KS
Orang yang sombong dan banyak cakap dalam bahasa Indonesia disebut mulut besar. Orang yang suka mencuri atau mengambil kepunyaan orang lain lazim disebut tangan panjang. Orang yang mengerjakan sesuatu dengan penuh ketenangan disebut kepala dingin. Siaft orang yang kejam yang dapat membunuh orang dengan tenang disebut (ber)darah dingin. Mulut besar, tangan panjang, kepal dingin, dan darah dingin adalah kata majemuk berstruktur kata benda dan kata benda. Adapun contoh pemakaiannya dalam kalimat di bawah ini.
            a)Ali memang pemuda tangan panjang.
            b)Semua persoalan hendaknya diselesaikan dengan kepala dingin.
            c)Dia memang pembunuh yang (ber)darah dingin.
            d)Muhammad Ali adalah petinju (ber) mulut besar.
Kata majemuk berstruktur KB + Kbil
Kata majemuk kepala empat dan kaki lima serta kepala enam adalah tiga contoh kata majemuk bahasa Indonesia yang berstruktur KB + Kbil. Adapun contoh pemakiannya adalah seperti pada kalimat berikut ini.
a)      Usianya sudah (ber)kepala empat.
b)      Ia bekerja sebagai pedagang kaki lima.
c)      Siapa nama laki-laki yang sudah (ber)kepala enam itu.
Kata majemuk simpang tiga, segi tiga, segi empat, dan sebagainya yang terdapat dalam kalimat :
a)Dia akan bertemu di simpang lima.
b)Pertandingan segi tiga itu akan dimulai minggu depan.
c)Alun-alun itu berbentuk segi empat.
Kata mejemuk berstruktur KKj + KB
Di dalam bahasa indonesia seringkali mendengar kata majemuk turun gunung, naik daun, naik tahta, naik darah, dan sebagainya. Kata majemuk-kata majemuk ini adalah kata majemuk berstruktur KKj + KB. Adapun penggunaanya dapat dilihat dalam kalimat di bawah ini.
a)Pendekar itu sudah saatnya turun gunung.
b)Penyanyi itu sedang naik daun.
c)Sudah waktunya pangeran itu naik tahta.
d)Ia termasuk orang yang cepat naik darah.
Kata majemuk berstruktur KKj + KKj
Kata majemuk pulang pergi, pecah belah, peluk cium, bujuk rayu, dan sebagainya adalah kata majemuk yang berstruktur kategori KKj + KKj. Adapun pemakaian dalam kalimatnya adalah seperti
a)Ia sudah memesan tiket pulang pergi Solo-Yogya.
b)Belanda memakai politik pecah belah.
c)Sebelum pergi ia menerima peluk cium dari keluarganya.
d)Ia tidak peduli dengan bujuk rayu lintah darat itu.
Kata kerja +kata sifat
Naik darah, terima kasih, sapu bersih, tebas mentah, sapu rata, dan sebagainya adalah beberapa contoh kata majemuk berstruktur kata kerja + kata sifat. Adapun contoh pemakian adalah seperti kalimat  di bawah ini.
a)Karena tidak tahan dihina ia lalu naik darah.
b)Sebulan ia hanya terima bersih Rp 700.000,00.
c)Dalam kejuaraan itu Indonesia sapu bersih semua medali emas yang disediakan.
d)Orang itu bermain tebas mentah..
e)Semua orang yang menghalangi niatnya akan (di)sapu rata.
Kata sifat + kata Sifat
Kata majemuk berstruktur kata sifat + kata sifat merupakan tipe kata majemuk yang produktif. Gagah berani, duka lara, gembira ria, cerdik cendekia, dan sebagainya merupakan beberapa diantaranya.
a)Pahlawan yang gagah berani itu gugur di medan laga.
b)Mahasiswa adalah salah satu kelompok cerdik cendekia.
c)Semua mahasiswa bergembira ria pada upacara wisuda itu.
d)Pesta itu menghilangkan segala duka lara yang dialaminya.

Kata majemuk berstruktur KS + KB
Di dalam bahasa Indonesia sering kali kita menemui kata majemuk besar mulut di samping mulut besar, panjang tangan, di samping tangan panjang. Kedua pasangan ini masing-masing memiliki makna ‘sombong’ dan ‘suka mencuri’. Kata majemuk dingin tangan dan dingin kepala memiliki watak yang sama dengan besar mulut dan panjang tangan karena juga memiliki variasi tangan dingin, dan kepala dingin. Adapun contoh keempat kata majemuk itu terlihat dalam kalimat di bawah ini.
d)     Ah, dia hanya besar mulut saja.
e)      Sifat-sifat panjang tangan harus segera dihilangkan.
f)       Segala masalah harus dihadapi dengan dingin kepala.
g)      Karya itu dihasilkan dengan dingin tangan.
Selain itu, memang terdapat kata majemuk yang elemen-elemennya memang tidak dapat dipindahkan (dipertukarkan), seperti tinggi hati, banyak mulut, rendah hati, besar hati, dan sebagainya tidak memiliki arti jika di balik menjadi “hati tinggi”, “mulut banyak”, “hati rendah”, dan “hati besar”.
a)Sifat tinggi hatinya tidak dapat dihilangkan.
b)Jangan banyak mulut kalau mau bekerja.
c)Dari dahulu ia memang sangat rendah hati.
d)Kita harus (ber)besar hati karena dari sekian banyak calon, hanya kita yang lulus.
Kata majemuk berstruktur Kbil + KS
Kata majemuk setengah sadar, setengah tua, adalah dua contoh dari sedikit kata majemuk tipe ini di dalam bahasa Indonesia. Adapun contoh pemakaiannya adalah kalimat di bawah ini:
a)Setengah sadar dia mengatakan hal itu.
b)Dia membeli aki yang setengah tua.
c)Dia menanyaiku setengah curiga.
JENIS-JENIS KATA
1. Kata Benda (Nomina)
Kata benda (nomina) adalah kata-kata yang merujuk pada bentuk suatu benda, bentuk benda itu sendiri dapat bersifat abstrak ataupun konkret. Dalam bahasa Indonesia kata benda (nomina) terdiri dari beberapa jenis, sedangkan dari proses pembentukannya kata benda terdiri dari 2 jenis, yaitu :

a.      Kata Benda (Nomina) Dasar
Kata benda dasar atau nomina dasar ialah kata-kata yang secara konkret menunjukkan identitas suatu benda, sehingga kata ini sudah tidak bisa lagi diuraikan ke bentuk lainnya. Contoh : buku, meja, kursi, radio, dll.
b.      Kata Benda (Nomina) Turunan
Nomina turunan atau kata benda turunan ialah jenis kata benda yang terbentuk karena proses afiksasi sebuah kata dengan kata atau afiks. Proses pembentukan ini terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :
a.       Verba + (-an) contoh: Makanan.
b.      (Pe-) + Verba contoh: Pelukis.
c.       (Pe-) + Adjektiva contoh: Pemarah, Pembohong.
d.      (Per-) + Nomina + (-an) contoh: Perbudakan.
Kata benda menurut wujudnya, dibagi atas :
1.      Kata benda konkret
Kata benda konkret adalah nama dari benda-benda yang dapat ditangkap panca indera, Contoh : buku, kertas, rumah, dan sebagainya.
Contoh kalimat: buku tulis ada di atas meja
Ini termasuk kata benda konkret karena buku memang benar dilihat di atas meja indera yang dipergunakan yakni penglihatan.
2.      Kata benda abstrak
Kata benda abstrak ialah kata benda yang wujud bendanya tidak nampak kelihatan dan tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, namun keberadaannya ada. Contoh : ide, udara, ilmu, dan sebagainya.
Contoh kalimat: udara di pegunungan sangat dingin
Kata udara termasuk kata benda abstrak karena udara tidak dapat dilihat namau dapat dirasakan keberadaannya.
Selain dua jenis kata benda diatas, ada satu lagi jenis kata benda, yaitu kata yang dibendakan. Kata yang dibendakan adalah kata yang sebenarnya tidak terdiri dari kata benda asli namun dianggap sebagai kata benda sebab mendapatkan imbuhan.
Contoh : keberanian, kekuatan, penyanyi, dan sebagainya.
Kata keberanian asalnya dari kata sifat, yaitu berani. Namun karena mendapatkan imbuhan ke-an, maka kata sifat ini dianggap sebagai kata benda atau disebut sebagai kata yang dibendakan. Begitu pula dengan kata penyanyi yang aslanya kata kerja, yaitu nyanyi. Berhubung kata ini mendapatkan imbuhan pe-, maka kata tersebut berubah menjadi kata yang dibendakan.

Untuk menentukan apakah suatu kata masuk dalam kategori kata benda atau tidak, kita menggunakan dua prosedur:
1.      Melihat dari segi bentuk sebagai prosedur pencalonan
2.      Melihat dari segi kelompok kata ( frasa), sebagai prosedur penentuan
a)      BENTUK
Segala kata yang mengandung morfem terikat ( imbuhan ) : ke-an, pe-an, ke-, dicalonkan sebagai kata benda.
Contoh: perumahan, kecantikan, pelari, kehendak dan lain-lain.
Tetapi di samping itu ada sejumlah besar kata yang tidak dapat ditentukan masuk kata benda berdasarkan bentuknya, walaupun diketahui bahwa itu adalah kata benda.
Contoh: meja, kursi, pohon, dan lain-lain
b)      KELOMPOK KATA
Kedua macam kata benda itu (baik yang berimbuhan maupun yang tidak berimbuhan) dapat mengandung suatu ciri struktural yang sama yaitu dapat diperluas dengan yang + Kata Sifat
Contoh: perumahan yang baru
             pelari yang cepat
             kehendak yang baik
  meja yang bagus
  pohon yang tua
c)      TRANSPOSISI
Suatu kata yang asalnya dari suatu jenis kata, dapat dipindahkan jenisnya ke jenis lain. Pemindahan itu terjadi karena menambahkan imbuhan atau partikel. Kata ajar, sebenarnya kata kerja, jika ditambahkan afiks pe-, maka dapat ditransposisikan menjadi kata benda: pelajar.         
Sebaliknya ada kata benda yang dapat ditransposisikan menjadi kata kerja, misalnya kopi menjadi mengopi.
d)     SUB-GOLONGAN KATA BENDA
 Karena kata ganti adalah kata yang menduduki tempat kata benda dalam hubungannya atau posisi tertentu, serta strukturnya sama dengan kata benda, maka kata ganti dimasukan dalam jenis kata benda dan diperlakukan sebagai sub-golongan dari kata benda.
Melalui substitusi, kata ganti menduduki segala macam fungsi yang dapat diduduki oleh kata benda.
Contoh: Fitra pergi ke kampus                    Ia pergi ke kampus
       Dosen mengajar Fitra                   Dosen mengajarnya
2.Kata Kerja (Verba)
Kata kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan. Kata kerja dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
a.      Kata Kerja Transitif Kata kerja transitif merupakan kata kerja yang selalu diikuti oleh unsur subjek, contoh : membeli, membunuh memotong, dll.
b.      Kata Kerja Intransitif
Kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak memerlukan pelengkap. Seperti kata tidur untuk contoh kalimat berikut: saya tidur, pada kalimat tersebut kata tidur yang berposisi sebagai predikat (P) tidak lagi diminta menerangkan untuk memperjelas kalimatnya, karena kalimat itu sudah jelas.
Dilihat dari segi bentuknya kata kerja transitif dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu: Kata kerja transitif berimbuhan dan kata kerja transitif tak berimbuhan.
1) Kata kerja transitif tak berimbuhan, contoh: makan nasi, minum susu, dan sebagainya.
2) Kata kerja transitif berimbuhan
a. Kata kerja transitif berawalan me:
- Menabrak pohon
- Memukul anjing
- Menelan obat
b. Kata kerja transitif berimbuhan me-kan:
- Mengikatkan tali
- Melepaskan sandal
- Memutuskan ikatan
c. Kata kerja transitif berimbuhan memper-kan:
- Mempertahankan prestasi
- Memperjuangkan hidup
- Mempermainkan bola
d. Kata kerja transitif berimbuhan me-i:
- Menyeberangi jalan
- Mengendarai sepeda
- Mengawasi ujian
e. Kata kerja transitif berimbuhan memper-i:
- Memperbarui lukisan
- Memperbaiki sepeda
- Memperingati hari kemerdekaan
f. Kata kerja transitif berimbuhan memper- :
- Memperburuk suasana
- Memperdalam ilmu
- Memperjelas masalah
Sedangkan kata kerja intransitif dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu :
1) Kata kerja intransitif berimbuhan
- Saya duduk-duduk
- Ibu berjalan-jalan
- Adik menangis
2) Kata kerja intransitif yang terbentuk dari kata kerja yang aus (tidak berimbuhan)
- Adik lari
- Kakak pulang
- Ibu pergi

 ciri-ciri kata kerja:
a)      BENTUK
Segala kata yang berimbuhan: me-, ber-, -kan, di-, -i dapat dicalonkan menjadi kata kerja.
b)      KELOMPOK KATA
Segala macam kata tersebut di atas dalam segi kelompok kata mempunyai kesamaan struktur yaitu dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + Kata Sifat.
Contoh:
Ia berbicara dengan keras
Anak itu menari dengan gemulai
c)      TRANSPOSISI
Kata kerja dapat dipindah jenisnya ke jenis kata lain dengan pertolongan morfem terikat, misalnya menari menjadi penari, tarian; membaca menjadi pembaca, bacaan, dan lain-lain. Begitu pula sebaliknya, kata benda atau kata sifat dapat ditransposisikan menjadi kata kerja, misalnya pendek menjadi memendekkan, turun menjadi menurunkan dan sebagainya.
Didalam Bahasa Indonesia ada 2 dasar dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang tanpa afiks tetapi telah mandiri karena telah memiliki makna, dan bentuk dasar yang berafiks atau turunan. dari bentuk verba ini dapat dibedakan menjadi :
  1. Verba Dasar Bebas ialah verba yang beruba morfem dasar bebas, misalnya: duduk, makan, mandi, minum, dll.
  2. Verba Turunan ialah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan leksem.
Beberapa bentuk verba turunan :
a)      Verba berafiks yaitu kata kerja yang mendapat imbuhan: berbuat, terpikirkan, dll.
b)      Verba bereduplikasi yaitu kata kerja yang mendapat perulangan bunyi yang sama : bangun-bangun, ingat-ingat, dll.
c)      Verba berproses gabungan yaitu kata kerja yang mendapat gabungn dari afiks dan reduplikasi : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, dll.
d)     Verba majemuk yaitu hasi perpaduan dan penulisannya tidak boleh dibalik: cuci mata, cuci tangan, dll. Kata cuci mata tidak bole di balik menjadi mata cuci.
3.Kata Sifat (Adjektifa)
Kata sifat ialah kelompok kata yang mampu menjelaskan atau mengubah kata benda atau kata ganti menjadi lebih spesifik. Karena kata sifat mampu menerangkan kuantitas dan kualitas dari kelompok kelas kata benda atau kata ganti.
            Ciri-ciri Kata Sifat :
a)      BENTUK
 Dari segi bentuk segala kata sifat dalam bahasa Indonesia bisa mengambil bentuk: se + reduplikasi kata dasar + nya
Contoh: se-tinggi-tinggi-nya
  se-cepat-cepat-nya
  se-baik-baik-nya
b)      KELOMPOK KATA
Dari segi kelompok kata, kata-kata sifat dapat diterangkan olek kata-kata: paling, lebih, sekali.
Contoh: paling besar, lebih besar, besar sekali
             paling cepat, lebih cepat, cepat sekali
  paling baik, lebih baik, baik sekali
c)      TRANSPOSISI
Semua kata yang tergolong kata sifat dapat berpindah jenis kata dengan bantuan morfem-morfem terikat: pe-, ke-an, me-, -kan dan sebagainya.
Contoh: pembesar, membesarkan, perbesar, pembesaran, kebesaran dan lain-lain
d)     SUB-GOLONGAN
Kata-kata bilangan berdasarkan sifatnya dapat digolongkan dalam kata sifat sebagai sub-golongan karena merupakan kelompok dengan ciri-ciri tersendiri tapi karena secara substitusional dapat menduduki tugas-tugas dari kata sifat.
            Beberapa Proses Pembentukan Kata Sifat :
a)      Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar, misalnya: kuat, lemah, rajin, malas, dll.
b)      Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian, misalnya: terjelek, terindah, terbodoh, dll.
c)      Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang, misalnya: gelap-gulita, pontang-panting, dll:
d)     Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan, misalnya: legal, kreatif, dll.
e)      Kata sifat yang terbentuk dari kata atau kelompok kata, misalnya: lapang dada, keras kepala,baik hati, dll.
4.Kata Ganti (Pronomina)
Kelompok kata ini dipakai untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan. Yang termasuk jenis kata ini adalah segala kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda atau yang dibendakan.
Kata ganti menurut sifat dan fungsinya dapat dibedakan atas:
1.      Kata Ganti Orang (Pronomina Personalia)
a.       Orang I
1)      Tunggal : aku, saya
      Contoh kalimat: saya adalah seorang siswa
2)      Jamak : kami, kita
b.      Orang II
1)      Tunggal : engkau, kamu
      Contoh kalimat: engkau pahlawan tanpa tanda jasa
2)      Jamak : kamu
      Contoh kalimat: kamu adalah sahabat terbaikku
c.       Orang III
1)      Tunggal : dia, beliau
      Contoh kalimat: kemarin dia tidak dating ke pesta
2)      Jamak : mereka
      Contoh kalimat: mereka pergi ke danau


2.      Kata Ganti Empunya (Pronomina Possessiva)
Adalah segala kata yang menggantikan kata ganti orang dalam kedudukan sebagai pemilik: -ku, -mu, -nya, kami, kamu, mereka.
Dalam fungsinya sebagai pemilik, kata-kata ini mengambil bentuk ringkas dan dirangkaikan saja di belakang kata yang diterangkan (disebut sebagai bentuk enklitis).
Contoh: pensilku = pensil aku
pensilmu = pensil kamu
apabila bentuk ringkas itu dirangkaikan di depan sebuah kata, disebut proklitis.
Contoh: kupinjam, kaupinjam

3.   Kata Ganti Penunjuk (Pronomina Demonstrativa)
Adalah kata yang menunjuk di mana terdapat sesuatu benda. Ada tiga macam kata ganti penunjuk:
a.   Menunjuk sesuatu di tempat pembicara                : ini
       contoh kalimat: ini ruang guru
  b.  Menunjuk sesuatu di tempat lawan bicara            : itu
       contoh kalimat: itu tempat pensilku
  c.  Menunjuk sesuatu di tempat orang ketiga            : di  sana
       contoh kalimat: di sana adalah rumah Dewi

4.   Kata Ganti Penghubung (Pronomina Relativa)
Adalah kata yang menghubungkan anak kalimat dengan suatu kata benda yang terdapat dalam induk kalimat. Jadi fungsi kata penghubung adalah:
  a. Menggantikan kata benda yang terdapat dalam induk kalimat
  b. Menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat seperti dipakai pada: yang,tempat waktu
      contoh : Baju Rafi yang berwarna merah itu mahal harganya.
               Kantor Kabupaten tempat ayahku bekerja, dikunjungi oleh gubernur.
               Tadi pagi, waktu ayah pergi tergesa-gesa, hujan lebat sekali.
5.    Kata Ganti Penanya (Pronomina Innterrogativa)
Adalah kata yang menanyakan tentang benda, orang atau suatu keadaan. Kata ganti penanya dalam bahasa Indonesia yaitu:
a.   Apa               : untuk menanyakan benda
      contoh kalimat: apa nama temapat itu?
b.   Siapa             : (si + apa) untuk menanyakan orang
      contoh kalimat: siapa namamu?
c.   Mana             : untuk menanyakan pilihan seseorang atau beberapa hal barang.
      contoh kalimat: mana yang akan kamu pilih?
Kata ganti penanya tersebut dapat dipakai lagi dengan bermacam-macam penggabungan dengan kata depan
contoh: 
dengan apa                      dengan siapa                           dari mana
untuk apa                         untuk siapa                              ke mana
buat apa                           kepada siapa                            dan lain-lain
Selain dari kata-kata itu ada pula kata ganti penanya yang lain yang bukan menanyakan orang atau benda tetapi menanyakan keadaan, perihal dan sebagainya:
mengapa                          bilamana                                  betapa
berapa                              kenapa                                     bagaimana
6.   Kata Ganti Tak Tentu (Pronomina Indeterminativa)
Adalah kata yang menggantikan atau menunjukkan benda atau orang dalam keadaan yang tidak tentu atau umum.
Contoh:
masing-masing                 siapa-siapa                               seseorang
sesuatu                             barang                                     para
salah (salah satu…)

5.Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata sifat, dan kata bilangan bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat. Kata keterangan dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a.Kata keterangan kualitatif
Adalah kata keterangan yang menerangkan atau menjelaskan suasana atau situasi dari suat perbuatan.Biasanya kata keterangan ini dinyatakan dengan mempergunakan kata depan dengan + kata sifat.jadi sudah tampak di sini bahwa kata keterangan itu bukan merupakan suatu jenis kata tetapi adalah suatu fungsi atau jabatan dari suatu kata atau kelompok kata dalam sebuah kalimat.
Contoh: ia berjalan perlahan-lahan
Ia menyanyi dengan nyaring
b.Kata keterangan waktu
Adalah kata keterangan yang menunjukkan atau menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa dalam suatu biadang waktu:sekarang,nanti,kemarin,kemudian, sesudah itu, lusa, sebelum, minggu depan, bulan depan, dan lain-lain.
Kata-kata seperti : Sudah, setelah, sekarang, nanti, kemarin, kemudian, minggu depan
c.Kata keterangan temapat
Segala macam kata ini memberi penjelasan atas berlangsungnya suatu peristiwa atau perbuatan dalam suatu ruang, seperti:di sini, di situ, di sana, ke mari,ke sana, di rumah, di bandung, dari Jakarta dan sebagainya.
Dari contoh-contoh di atas yang secara konvensional dianggap kata keterangan tempat, jelas tampak bahwa golongan kata ini pun bukan suatu jenis kata, tetapi merupakan suatu kelompok kata yang menduduki suatu fungsi tertentu dalam kalimat. Keterangan tempat yang dimaksudkan dalam tata bahasa-tata bahasa lama terdiri dari dua bagian yaitu kata depan (di, ke, dalam ) dan kata benda atau kata ganti petunjuk.
d.kata keterangan kecaraan
Adalah kata-kata yang menjelaskan suatu peristiwa karena tanggapan si pembicara atas berlangsungnya peristiwa tersebut. Dalam hal ini subjektivitas lebih ditonjolkan. Keterangan ini menunjukkan sikap pembicara, bagaimana cara ia melihat persoalan tersebut. Pertanyaan sikap pembicara atau tanggapan pembicara atas berlangsungnya peristiwa tersebut dapat berupa:
a.  Kepastian      : memang, niscaya, pasti, sungguh, tentu, tidak, bukanya, bukan.
      Kalimat        : tentu dia melihatnya
b. Pengakuan     : ya, benar, betul, malahan, sebenarnya.
      Kalimat        : sebenarnya saya tidak mengerti
c. Kesangsian    : agaknya, barangkali, entah, mungkin, rasanya.
      Kalimat       : mungkin dia ada di situ
d. Keinginan     : moga-moga, mudah-mudahan.
      Kalimat       :mudah-mudahan dia dalam keadaan baik
e. Ajakan           : baik, mari, hendaknya, kiranya.
      Kalimat       : mari kita pergi ke taman
f. Larangan       : jangan.
      Kalima       : jangan dibuka pintu itu
g. Keheranan   : masakan, mustahil, mana boleh.
      Kalimat      : mustahil jika dia bisa menyelesaikan tugas itu
e.Kata keterangan aspek
 Keterangan aspek menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa secara objektif, bahwa suatu peristiwa terjadi dengan sendirinya tanpa suatu pengaruh atau pandangan dari pembicara. Keterangan aspek dapat dibagi-bagi lagi atas bermacam-macam:
a). Aspek inkoatif    : menunjukan suatu peristiwa pada proses permulaan berlangsungnya: saya pun berangkatlah.
b). Aspaek duratif    : adalah keterangan aspek yang menunjukan bahwa suatu peristiwa tengah berlangsung: sedang, sementara.
c). Aspek perfektif   : adalah keterangan aspek yang menyatakan bahwa suatu peristiwa telah mencapai titik penyelesaiannya: sudah, telah.
d). Aspek momental: menyatakan suatu peristiwa terjadi pada suatu saat yang pendek.
e). Aspek repetitif                    : menyatakan bahwa suatu perbuatan terjadi berulang-ulang.
f). Aspek frekuentatif :  menunjukan bahwa suatu peristiwa sering terjadi.
g). Aspek habituatif     : menyatakan bahwa perbuatan itu terjadi karena suatu kebiasaan.
f. Kata keterangan derajat
Adalah keterangan yang menjelaskan derajat berlangsungnya suatu peristiwa atau jumlah dan banyaknya suatu tindakan dikerjakan: amat hampir, kira-kira, sedikit, cukup, hanya, satu kali, dua kali, dan seterusnya.
g.Kata keterangan alat
Adalah keterangan yang menjelaskan dengan alat manakah suatu proses itu berlangsung. Keterangan semacam ini biasanya dinyatakan oleh kata dengan + kata benda.
Contoh : ia memukul anjing itu dengan tongkat.
               Anak itu menjolok buah dengan galah, dan sebagainya.
h.Keterangan kesertaan
Adalah keterangan yang menyatakan pengikut-sertaan seseorang dalan suatu perbuataan atau tindakan: saya pergi ke pasar bersama ibu
i.Keterangan syarat
Adalah keterangan yang menerangkan terjadinya suatu proses di bawah syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhinya: jikalau, seandainya, jika, dan sebagainya.
j.Keterangan perlawanan
Adalah keterangan yang membantah sesuatu peristiwa yang telah diperkatakan terlebih dahulu. Keterangan ini biasanya didahului oleh kata-kata: meskipun, sungguhpun, biarpun, biar, meski, jika.
k.Keterangan sebab
Adalah keterangan yang memberi keterangan mengapa sesuatu peristiwa telah berlangsung. Kata-kata yang menunjukkan keterangan sebab adalah: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab, oleh karena itu, oleh karenanya, dan sebagainya.
l.Keterangan akibat
Adalah keterangan yang menjelaskan akibat yang terjadi karena suatu peristiwa atau perbuatan. Akibat adalah  hasil dari suatu perbuatan yang tidak diharapkan atau yang tidak dengan sengaja dicapai, tetapi terjadi dalam  hubungan sebab-akibat. Keterangan ini biasanya didahului oleh kata-kata : sehingga ,oeh karena itu, oleh sebab itu, dan lain sebagainya.
m.Keterangan tujuan
Adalah keterangan yang menerangkan hasil atau tujuan dari Sesuatu proses. Tujuan itu pada hakekatnya adalah suatu akibat, tetapi akibat yang sengaja dicapai atau memeng dikehendaki demikian. Kata-kata yang menyatakan keterangan tujuan adalah: supaya, agar, agar supaya, hendak, untuk, guna, buat.
n.Keterangan perbandingan 
Adalah keterangan yang menjelaskan sesuatu perbuatan dengan mengadakan perbandingan keadaan suatu proses dengan proses yang lain, suatu keadaan dengan keadaan yang lain: kata-kata yang di pakai untuk menyatakan perbandingan itu adalah: sebagai, seperti, seakan-akan, laksana, umpama, bagaimana.
o.Keterangan perwatasan 
Adalah keterangan yang memberi penjelasan dalam hal-hal mana saja suatu proses berlangsung, dan yang mana tidak: kecuali, hanya.
6.Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan ialah jenis kelompok kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, urutan sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan juga dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Kata bilangan utama (numeralia cardinalia):satu, dua, tiga, empat, seratus, seribu,
2. Kata bilangan tingkat (numeralia ordinalia):pertama, kedua, ketiga, kelima, kesepuluh
 3.Kata bilangan tak tentu:beberapa, segala, semua, tiap-tiap dan sebagainya
4. Kata bilangan kumpulan:kedua, kesepuluh, dan sebagainya.
Penggunaan kata bilangan adalah sebagai berikut:
1.  Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka arab atau angka romawi. Angka digunakan untuk menyatakan:
a.      Ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
b.       Satuan waktu,
c.      Nilai uang, dan
d.       Kuantitas .
2. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.Misalnya: Jalan tanah abang 1 No. 15 Hotel Indonesia, Kamar 169
3.  Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci
    Misalnya: Bab X,Pasal 5, halaman 252, Surah Yasin:9
4.  Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
 Bilangan utuh : dua ratus dua puluh dua (222)
           Bilangan pecahan: seperdelapan (⅛ ), dua per tiga ( ⅔)
5.  Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:Paku buwono X; dalam kehidupan pada abad ke-20 ini
6.  Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf  kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya : Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
           Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
7.  Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susuna kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya :
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang  250 orang tamu.
Bukan :
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo
8.  Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagaian supaya lebih mudah dibaca.Misalnya :Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
                             Penduduk indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang
9.  Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya :Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Bukan :
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
10.  Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisanya harus tepat.
 Misalnya :Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp.999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah)
7.Preposisi (kata depan)
Kata depan ialah jenis kata yang terdapat di depan nomina (kata benda), misalnya : dari, ke & di. Ketiga kata depan ini dipakai untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat.Kata - kata depan yang terpenting dalam bahasa Indonesia adalah :
a. DI, KE, DARI : Ketiga macam kata depan ini dipergunakan untuk merangkaikan kata – kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat:
      Di Jakarta, di rumah, ke rumah, dari sawah, dari sekolah, dan lain - lain.
b. Bagi kata – kata yang menyatakan orang, nama orang atau nama binatang, nama waktu atau kiasan dipergunkan kata pada untuk menggantikan di, atau kata – kata depan lain digabungkan dengan pada misanya: daripada, kepada.
   Pada suatu hari                        pada bapak
   Pada hari sabtu                        pada senin
   Pada kami                               kepada teman – teman
c.  Selain dari pada itu ada kata – kata depan yang lain, baik berupa gabungan maupun tunggal     seperti: di mana, di sini, di situ, akan,oleh, dalam, atas, demi, guna, buat, berkat, terhadap, antara, tentang, hingga, dan lain – lain.
   Di samping itu ada beberapa kata kerja yang dipakai pula sebagai kata depan, yaitu : menurut, menghadap, mendapatkan, melalui, menuju,    menjelang, sampai.
     
Ada kata depan, yang menduduki bermacam – macam fungsi yang istimewa. antara lain:
a. AKAN : Kata Depan akandapat menduduki beberapa fungsi:
- Pengantar objek:  ia tidak tau akan hal itu.
                                Ku lupa akan semua kejadian itu
-Untuk menyatakan future:   saya akan pergi ke Surabaya.
                                               Kakek akan tiba hari ini.
- Untuk penguat atau penekan, dalam hal ini dapat berfungsi sebagi penentu: akan hal itu perlu kita perundingkan kelak.
b.DENGAN : Kata Depan dengan dapat menduduki beberapa macam fungsi, misalnya:
- Untuk menyatakan alat (instrumental):
                    Ia memukul anjing dengan tongkat.
                    Adik makan dengan sendok.
- Menyatakan hubungan kesertaan (komitatif):
                    Ia kepasar dengan ibunya.
- Membentuk adverbial kualitatif:
                    Perkara itu diselidiki dengan cermat.
- Dipakai untuk menyatakan keterangan komparatif:
                    Adik sama tinggi dengan Adi.
c.ATAS : arti dan fungsinya:
- Membentuk keterangan tempat, dalam hal ini sama artinya dengan di atas.
Kami menerima tanggung jawab itu di atas pundak kami.
-     Menghubungkan kata benda atau kata kerja dengan keterangan:
Kami mengucapkan terima kasih atas kerelaan saudara.
Kami menyesal atas sekalian tindak tanduknya.
-     Dipakai di depan beberapa kata dengan arti : dengan atau demi. Misalnya:
Atas nama            atas kehendak            atas perintah
Atas desakan atas kematian dan sebagainya
d. ANTARA : arti dan fungsinya:
-     Sebagai penunjuk arah :
Jarak antara jogja dan solo.
-     Sebagai penunjuk tempat: dalam hal ini sama artinya dengan di antara :
Antara murid – murid itu mana yang terpandai?
-     Dapat pula berarti kira – kira:
Antara lima jam lalu ia meninggalkan tempat ini.
8.Kata Tanya
Kata tanya ialah perkataan yang digunakan untuk bertanyakan sesuatu.
Macam-macam kata tanya :
a. Apa
Digunakan untuk menanyakan benda, hal dan binatang. Contoh : Apa yang kau lakukan ?
b. Siapa
Digunakan untuk menanyakan orang. Contoh : Siapa namamu ?
c. Kapan
Digunakan untuk menanyakan waktu. Contoh : Kapan acara itu dimulai ?
d. Berapa
Digunakan untuk menanyakan jumlah. Contoh : Berapa banyak anakmu ?
e. Dimana
Digunakan untuk menanyakan tempat. Contoh : Dimana rumah kakekmu ?
f. Bagaimana
Digunakan untuk menanyakan keadaan atau cara. Contoh : Bagaimana kabar nenekmu ?
g. Mengapa
Digunakan untuk menanyakan alasan. Contoh : Mengapa kamu bolos kemarin ?
9.Interjeksi (kata seru)
Kata seru ialah kata yang mengungungkapkan perasaan.Oleh semua tatabahasa tradisional, kata seru diklasifikasikan sebagai suatu jenis kata. Bila melihat wujud dan fungsinya, maka tidak dapat diterima ketetapan itu, walaupun harus diakui dengan melihat saja bentuknya kita dapat tertipu karenanya. Interjeksi sekaligus mengungkapkan semua perasaan dan maksud seseorang. Berarti interjeksi itu sudah termasuk dalam bidang sintaksis. Atau dengan kata lain apa yang dinamakan kata seru itu, bukanlah kata tetapi semacam kalimat.
Bermacam – macam interjeksi yang dikenal hingga sekarang adalah:
a.Interjeksi asli: yah, wah, ah, hai,o, oh, cis, cih, nah, he dll.
Contoh: hai, datanglah kemari!
b. Interjeksi yang berasal dari kata – kata biasa : yang dimaksud dengan  interjeksi ini adalah kata – kata benda atau kata – kata lain yang digunakan atau biasa digunakan kata seru: celaka, masa, kasihan,
contoh: celaka, hpku hilang!
c. Interjeksi yang berasal dari ungkapan – ungkapan, baik dari ungkapan Indonesia asli maupun dari ungkapan asing, misalnya: ya ampun, demi Allah, Insya Allah, Alhamdulillahi robbilalaminn, astagfirullah.
Contoh: demi Allah saya tidak mengambilnya!
10. Kata Sambung
Adalah kata yang digunakan untuk menggabungkan kalimat tunggal dengan kalimat tunggal lainnya.Bagian-bagian kalimat atau menghubungkan kalimat-kalimat itu dapat berlangsung dengan berbagai cara:
1.Menyatakan gabungan: dan, lagi pula, serta.
Contoh: aku dan tina pergi ke taman
2.Menyatakan pertentangan: tetapi, akan tetapi, melainkan.
Contoh: saat liburan aku ingin pergi ke Jogja tetapi kakak ingin ke Surabaya
3.Menyatakan waktu: apabila, ketika, bila, bilamana, demi, sambil, sebelum, sedang, sejak, selama, semenjak, sementara, seraya, setelah, sesudah, tatkala, waktu.
Contoh: aku selalu sarapan sebelum berangkat ke sekolah
4.Menyatakan tujuan: supaya, agar supaya dan lain-lain.
Contoh: ibu menyuruhku memakai jaket supaya tidak kedinginan
5.Menyatakan sebab: sebab, karena, karena itu, sebab itu.
Contoh: aku tidak sekolah karena sakit
6.Menyatakan akibat: sehingga, sampai.
Contoh: aku terlambat bangun sehingga terlambat sampai di sekolah
      7. Menyatakan syarat: jika, andaikan, asal, asalkan, jikalau, sekiranya, seandainya.
       Contoh: aku akan datang jika kamu mau menjemputku
     8. Menyatakan pilihan: atau, maupun, baik, entah
       Contoh: kamu pilih pensil atau buku
     9.Menyatakan bandingan: seperti, bagai, bagaikan, seakan-akan.
       Contoh: kau seperti air di daun talas
    10.Menyatakan tingkat: semakin, kian, bertambah
       Contoh: semakin hari kau semakin tinggi
    11.Menyatakan perlawanan: meskipun, biarpun, dan lain-lain.
       Contoh: meskipun aku miskin tapi aku masih bisa bertahan untuk hidup
     12.Pengantar kalimat: maka, adapun, akan. Dalam kesusastraan lama kita mengenal pula kata-kata pengatar  kalimat seperti: bahwasanya, sebermula, syahdan, hatta, arkiran, kalakian, sekali peristiwa.
    13.Menyatakan penjelas: yakni, umpama, yaitu.
       Contoh: bentuk kata ada empat yaitu kata dasar, kata turunan, kata ulang dan kata majemuk.
    14.Sebagai penetap sesuatu: bahwa.
    15.Sebagai sangkalan: seolah-olah
       Contoh: seolah-olah kamu bias menyelesaikan semuanya
                 Segala macam kata sambung yang menghubungkan atau menerangkan kalimat secara jelas, disebut menerangkan secara eksplisit. Tetapi di samping itu sifat hubungan itu dapat berlangsung tanpa memakai satu kata sambung pun. Maknanya harus ditafsir atau diturunkan berdasarkan hubungan kalimat. Keteranganya yang tidak mempergunakan alat-alat bahasa ini bersifat implisit, misalnya:
     Ia datang, saya berangkat.
   Dalam kalimat diatas secara implisit terkandung keterangan waktu.
Keterangan waktu yang tersembunyi itu secara eksplisit dapat dinyatakan sebagai berikut:
     Ketika ia datang, saya berangkat, atau
     Ia datang, ketika saya berangkat.
   Suatu hubungan yang dinyatakan secara implisit dapat ditafsirkan bermacam-macam; tergantung dari pandangan tiap pendengar atau pembaca.
Penulisan Kata Yang Benar Menurut EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
Penulisan kata
Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata.
  1. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu.
  2. Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan)
    1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh: bergeletar, dikelola [1].
    2. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi
    3. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan.
    4. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara.
    5. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung. Contoh: non-Indonesia.
  3. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun yang berbentuk berubah beraturan (sayur-mayur, ramah-tamah).
  4. Gabungan kata atau kata majemuk
    1. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, ibu kota, sepak bola.
    2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya.
    3. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian Gabungan kata yang ditulis serangkai.
  5. Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil, bukumu, miliknya.
  6. Kata depan atau preposisi (di [1], ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya.
  7. Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si kancil.
  8. Partikel
    1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah.
    2. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun, bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun.
    3. Partikel per- yang berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis terpisah. Contoh: per 1 April, per helai.