Pengertian Kata
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna
tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa
yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan
pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari segi bahasa kata diartikan
sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari kalimat.
Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki makna
dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.
Berdasarkan
bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat:
1.
KATA DASAR
kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata
berimbuhan.
2.
KATA TURUNAN
Perubahan yang disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata.
Syarat afiksasi yaitu kata afiks itu harus dapat ditempatkan
pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Contoh: kata
minuman, kata ini terdiri dari dua unsur langsung, yaitu kata minum yang di
sebut bentuk bebas dan –an yang di sebut bentuk terikat. Makna ini di sebut
makna afiks. Contoh kata yang lain seperti: kata timbangan, pikiran, satuan,
gambaran, buatan, bungkusan.
Kata afiks itu merupakan bentuk terikat, tidak dapat berdiri
sendiri dan secara gramatis (tertulis) selalu melekat pada bentuk lain. Contoh:
kedua, kehendak, kekasih, ketua, artinya antara imbuhan ke- dan kata dua tidak
dapat di pisahkan, karena apabila dipisahkan akan mempunyai arti yang berbeda.
Demikian juga dengan kata kehendak, kekasih dan ketua. Berbeda halnya dengan
bentuk di seperti pada kata di rumah, di pekarangan, di ruang, tidak dapat di
golongkan afiks, karena sebenarnya bentuk itu secara gramatis mempunyai sifat
bebas. Demikian halnya dengan bentuk ke seperti pada kata ke rumah, ke toko, ke
kota , ini tidak dapat di golongkan afiks. Jadi, dalam afiks hanya dapat di bentuk
apabila imbuhan itu dalam bentuk terikat.
Afiks tidak memiliki arti leksis, artinya tidak mempunyai
pertalian arti karena kata itu berupa imbuhan. Sedangkan imbuhan itu dapat
mempengaruhi arti kata itu sendiri. Contoh: bentuk –nya yang sudah tidak mempunyai
pertalian arti dengan ia. Misalnya: rupanya, agaknya, termasuk golongan afiks,
karena hubungannya dengan arti leksisnya sudah terputus.
Imbuhan
itu dapat mengubah makna, jenis dan fungsi sebuah kata dasar atau bentuk dasar
menjadi kata lain, yang fungsinya berbeda dengan kata dasar atau bentuk dasar.
Contoh:
afiks baru: pembaruan → peng- an. Pada contoh ini terjadi perubahan bentuk
imbuhan dari pem- an menjadi peng- an, hal ini terjadi karena pengaruh
asimilasi bunyi. Kata belakang → keterbelakangan → terbelakang. Pada kata ini
terjadi perubahan bentukke-an.
Macam-Macam
Imbuhan (Afiks)
a. Awalan
(prefiks/ prefix)
Awalan
(prefiks / prefix) adalah imbuhan yang terletak di awal kata. Proses awalan
(prefiks) ini di sebut prefiksasi (prefixation). Berdasarkan dan
pertumbuhan bahasa yang terjadi, maka awalan dalam bahasa indonesia dibagi
menjadi dua macam, yaitu imbuhan asli dan imbuhan serapan, baik dari bahasa
daerah maupun dari bahasa asing. Awalan terdiri dari me, di, ke,
ter, pe, per, se, ber, dan dijelaskan dalam contoh.
a.
Awalan me dan pe
Awalan me-
pada sebuah kata dasar berfungsi untuk membentuk kata kerja aktif. Awalan pe-
pada suatu kata dasar dapat berfungsi menjadi kata benda. Perubahan awalan me-
menjadi meng-, pe- menjadi peng- terjadi jika kata dasar yang mengawali
memiliki bunyi: /a/, /e/, /g/, /h/,/i/, /u/, /o/, /k/
·
Contoh:
ambil→mengambil,
gulung→menggulung, gulung→penggulung
hibur→menghibur hancur→penghancur
Perubahan
awalan me- menjadi men-, pe- menjadi pen- terjadi jika kata dasar yang
mengawali memiliki bunyi: /c/, /d/, /j/
·
Contoh:
cuci→ mencuci, cuci → pencuci
dorong→mendorong dorong
→pendorong
jual→menjual jual → penjual
Perubahan
awalan me- menjadi mem-, pe- menjadi pem- terjadi jika kata dasar yang
mengawali memiliki bunyi: /b/, /f/, /v/
·
Contoh:
beli→membeli beli→ pembeli
Perubahan
awalan me menjadi meny-, pe- menjadi peny- terjadi jika kata dasar yang
mengawali memiliki bunyi: /s/
·
Contoh:
siksa→ menyiksa siksa→
penyiksa
Awalan me
tetap menjadi me apabila kata dasar yang mengawali memiliki bunyi:
/l/, /m/, /n/, /ng/, /r/, dan /w/.
·
Contoh: lirik → melirik
·
Masak
→ memasak nanti → menanti
·
rawat → merawat waris → mewaris
Kata dasar
yang memiliki bunyi /p/, /t/, /k/ diubah menjadi /m/ dan /n/
·
Contoh:
pakai – memakai, pemakai
Kata dasar
yang tidak mengalami perubahan bunyi awalan adalah: /l/, /m/, /n/, /r/.
·
Contoh:
lamar – melamar, pelamar
Awalan me(N)- memiliki makna sebagai berikut.
a. Melakukan perbuatan.
Contoh: mengambil, menjual, menilai.
b. Melakukan perbuatan dengan alat.
Contoh: mengail, menyabit, mencangkul.
c. Menjadi atau dalam keadaan.
Contoh: menurun, meluap, meninggi.
d. Membuat kesan seolah-olah.
Contoh: membisu, mengalah.
e. Menuju ke
Contoh: mendarat, menepi.
f. Mencari
Contoh: mendamar, merotan
a. Melakukan perbuatan.
Contoh: mengambil, menjual, menilai.
b. Melakukan perbuatan dengan alat.
Contoh: mengail, menyabit, mencangkul.
c. Menjadi atau dalam keadaan.
Contoh: menurun, meluap, meninggi.
d. Membuat kesan seolah-olah.
Contoh: membisu, mengalah.
e. Menuju ke
Contoh: mendarat, menepi.
f. Mencari
Contoh: mendamar, merotan
b.
Awalan ber
Penggunaan awalan ber- mempunyai kaidah-kaidah
sebagai berikut.
a. Apabila diikuti bentuk dasar yang berhuruf awal /r/ atau yang suku kata awalnya berakhir dengan –er-, maka awalan ber- berubah menjadi be-.
a. Apabila diikuti bentuk dasar yang berhuruf awal /r/ atau yang suku kata awalnya berakhir dengan –er-, maka awalan ber- berubah menjadi be-.
·
Contoh: ber + rantai → berantai
b.apabila bertemu dengan kata ajar maka ber berubah
menjadi bel.
·
Contoh: ber + ajar → belajar
c. Apabila diikuti kata dasar selain yang disebutkan
di atas, ber- tidak mengalami perubahan bentuk.
Contoh: ber + balik → berbalik
Contoh: ber + balik → berbalik
Awalan ber- bermakna sebagai berikut.
a. Melakukan perbuatan.
Contoh: bernyanyi, berbaur, berdandan.
b. Mempunyai
Contoh: beratap, berhasil, beruang, berambut.
c. Memakai/menggunakan/mengendarai.
Contoh: berbaju, bersepeda, bersepatu.
d. Mengeluarkan.
Contoh: bertelur, berbau, berair, berkata.
e. Berada dalam keadaan.
Contoh: bergegas, beramai-ramai.
f. Menyatakan sifat atau sikap mental.
Contoh: berbaik hati, berbahagia, berhati-hati.
g. Menyatakan ukuran, jumlah.
Contoh: bertahun-tahun, bermeter-meter, berdua
a. Melakukan perbuatan.
Contoh: bernyanyi, berbaur, berdandan.
b. Mempunyai
Contoh: beratap, berhasil, beruang, berambut.
c. Memakai/menggunakan/mengendarai.
Contoh: berbaju, bersepeda, bersepatu.
d. Mengeluarkan.
Contoh: bertelur, berbau, berair, berkata.
e. Berada dalam keadaan.
Contoh: bergegas, beramai-ramai.
f. Menyatakan sifat atau sikap mental.
Contoh: berbaik hati, berbahagia, berhati-hati.
g. Menyatakan ukuran, jumlah.
Contoh: bertahun-tahun, bermeter-meter, berdua
c.
Awalan di dan ter
Awalan di-
dan ter- berfungsi membentuk kata kerja dan membawa arti yang pasif. Penempatan
obyek di depan sebagai subyek dalam kalimat dan pemindahan pelaku menjadi obyek
dalam kalimat dapat diterapkan untuk kedua awalan ini.
- Contoh: Kotoran itu diinjak
oleh temanku. (membawa arti pasif)
Pintu itu tertutup. (arti fasif)
Awalan ter- menyatakan makna
sebagai berikut.
a. Sudah di- atau dapat di-.
Contoh: tertutup, terbuka.
b. Ketidaksengajaan
Contoh: terbawa, terpegang, terlihat, tertendang.
c. Tiba-tiba
Contoh: teringat, terjatuh.
d. Dapat/kemungkinan
Contoh: ternilai, terangkat.
e. Paling/superlatif
Contoh: tertua, terbagus, terindah.
f. Sampai ke-
Contoh: terulang, terbuku.
a. Sudah di- atau dapat di-.
Contoh: tertutup, terbuka.
b. Ketidaksengajaan
Contoh: terbawa, terpegang, terlihat, tertendang.
c. Tiba-tiba
Contoh: teringat, terjatuh.
d. Dapat/kemungkinan
Contoh: ternilai, terangkat.
e. Paling/superlatif
Contoh: tertua, terbagus, terindah.
f. Sampai ke-
Contoh: terulang, terbuku.
d.
Awalan se
Awalan se- berfungsi untuk membentuk kata benda.
- Contoh: Ikat → seikat,
Indah → seindah
Makna-makna yang
dikandung awalan se- adalah sebagai berikut.
a. Berarti satu
Contoh: sebuah, sebatang, seorang, seekor, sebutir.
b. Berarti seluruh atau seisi
Contoh: sedesa, serumah, sekampung, senegeri.
c. Berarti sama-sama
Contoh: sepermainan, seperjuangan.
d. Sama dengan
Contoh: setinggi (gunung), sekuat (gajah), sebodoh (keledai).
e. Menyatakan waktu
Contoh: sesudah, setibanya.
a. Berarti satu
Contoh: sebuah, sebatang, seorang, seekor, sebutir.
b. Berarti seluruh atau seisi
Contoh: sedesa, serumah, sekampung, senegeri.
c. Berarti sama-sama
Contoh: sepermainan, seperjuangan.
d. Sama dengan
Contoh: setinggi (gunung), sekuat (gajah), sebodoh (keledai).
e. Menyatakan waktu
Contoh: sesudah, setibanya.
e. Awalan ke-
berfungsi membentuk kata kerja
intransitif ( tidak membutuhkan obyek).
- Contoh: Luar → keluar (Ia
sedang keluar .)
·
Makna yang terkandung pada awalan –ke
adalah sebagai berikut.
a. Bermakna tingkat atau kumpulan
Contoh: kesatu, kedua, ketiga, kesepuluh.
b. Yang di-i
Contoh: ketua, kehendak, kekasih.
a. Bermakna tingkat atau kumpulan
Contoh: kesatu, kedua, ketiga, kesepuluh.
b. Yang di-i
Contoh: ketua, kehendak, kekasih.
b. Akhiran (sufiks/ sufix)
·
Akhiran
(sufiks/ sufix) adalah imbuhan yang terletak di akhir kata. Dalam proses
pembentukan kata ini tidak pernah mengalami perubahan bentuk. Proses
pembentukannya di sebut safiksasi (suffixation). Akhiran terdiri dari kan, an,
i, nya, man, wati, wan, asi, isme, in, wi, dan lainnya dalam contoh.
1.Akhiran -an
contoh: -an +
pikir→pikiran
Akhiran –an bermakna
sebagai berikut.
a. menyatakan tempat
contoh: pangkalan, kubangan
b. menyatakan alat
contoh: ayunan, timbangan
c. menyatakan hal atau cara
contoh: didikan, pimpinan
d. menyatakan akibat, hasil perbuatan
contoh: hukuman, balasan
e. menyatakan sesuatu yang di-
contoh: cacatan, suruhan
f. menyatakan menyatakan seluruh, kumpulan
contoh: lautan, sayuran
g. menyatakan menyerupai
contoh: anak-anakan, kuda-kudaan
h. menyatakan tiap-tiap
contoh: tahunan, mingguan
i. menyatakan mempunyai sifat
contoh: asinan, kuningan
a. menyatakan tempat
contoh: pangkalan, kubangan
b. menyatakan alat
contoh: ayunan, timbangan
c. menyatakan hal atau cara
contoh: didikan, pimpinan
d. menyatakan akibat, hasil perbuatan
contoh: hukuman, balasan
e. menyatakan sesuatu yang di-
contoh: cacatan, suruhan
f. menyatakan menyatakan seluruh, kumpulan
contoh: lautan, sayuran
g. menyatakan menyerupai
contoh: anak-anakan, kuda-kudaan
h. menyatakan tiap-tiap
contoh: tahunan, mingguan
i. menyatakan mempunyai sifat
contoh: asinan, kuningan
2. akhiran -in
contoh: -in +
hadir→hadirin
3. akhiran -wan
contoh: -wan +
karya→karyawan
4. akhiran –wati
contoh: -wati +
karya→karyawati
5.akhiran –wi
contoh: -wi+
manusia→manusiawi.
6.akhiran -kan
contoh: -kan +
baca→bacakan
Makna akhiran –kan
antara lain:
a. menyatakan perbuatan untuk orang lain
contoh: membacakan, menghidangkan, dibelikan.
b. membuat jadi
contoh: meninggikan, diputihkan.
c. tidak sengaja
contoh: termanfaatkan
d. pengantar objek sebagai pengganti kata depan
contoh: bertaburkan, bermandikan
a. menyatakan perbuatan untuk orang lain
contoh: membacakan, menghidangkan, dibelikan.
b. membuat jadi
contoh: meninggikan, diputihkan.
c. tidak sengaja
contoh: termanfaatkan
d. pengantar objek sebagai pengganti kata depan
contoh: bertaburkan, bermandikan
7.akhiran –i
contoh: -i +
alam→alami
Makna akhiran –i, antara
lain:
a. menyatakan perbuatan yang berulang-ulang
Contoh: memukuli, mencomoti.
b. Memberi, membubuhi
Contoh: menandatangani, membumbui
c. Menghilangkan
Contoh: menguliti
a. menyatakan perbuatan yang berulang-ulang
Contoh: memukuli, mencomoti.
b. Memberi, membubuhi
Contoh: menandatangani, membumbui
c. Menghilangkan
Contoh: menguliti
8.akhiran –nya
contoh: -nya +
tinggi→tingginya
Fungsi
akhiran –nya adalah sebagai berikut.
a. Membentuk kata benda.
Contoh: ramainya, tingginya, dinginnya, enaknya, tenggelamnya.
b. Menjelaskan atau menekankan kata yang didepannya.
Contoh: Di rumah ini ada hantunya.
c. Menjelaskan situasi.
Contoh: Ia belajar dengan tekunnya.
d. Menyertai kata keterangan.
Contoh: agaknya, rupanya, sebenarnya, sesungguhnya.
a. Membentuk kata benda.
Contoh: ramainya, tingginya, dinginnya, enaknya, tenggelamnya.
b. Menjelaskan atau menekankan kata yang didepannya.
Contoh: Di rumah ini ada hantunya.
c. Menjelaskan situasi.
Contoh: Ia belajar dengan tekunnya.
d. Menyertai kata keterangan.
Contoh: agaknya, rupanya, sebenarnya, sesungguhnya.
c.Sisipan
(infiks /infix)
·
Sisipan
(infiks/ infix) adalah imbuhan yang terletak di dalam kata. Jenis imbuhan ini
tidak produktif, artinya pemakaiannya terbatas hanya pada kata-kata tertentu.
Jadi hampir tidak mengalami pertambahan secara umum. Sisipan terletak pada suku
pertama kata dasarnya, yang memisahkan konsonan pertama dengan vokal pertama
suku tersebut. Prosesnya imbuhan kata tersebut di sebut infixation. Imbuhan
yang berupa sisipan seperti: -er-, -el-, -em- dan -in.
a.sisipan -er
contoh:
-er + gigi→gerigi
b.sisipan -el
contoh:
-el + tunjuk →telunjuk
c.sisipan -em
contoh:
-em + gertak→gemertak
d.sisipan -in
contoh:
in + kerja→kinerja
Sisipan ( infiks/ infix) dapat mempunyai makna, antara lain:
·
Menyatakan
banyak dan bermacam-macam. Contohnya: tali→ temali, artinya terdapat
bermacam-macam tali. gigi→gerigi, artinya terdapat bermacam gigi.
sabut→serabut, artinya terdapat bermacam-macam sabut. kelut→kemelut,
gunung→gemunung, artinya terdapat bermacam-macam gunung.
·
Menyatakan
intensitas frekuentif, artinya menyatakan banyaknya waktu. Contoh:
getar→gemetar, artinya menunjukan banyaknya waktu getar atau gerak suatu benda.
guruh→gemuruh, artinya menunjukan banyaknya waktu guruh. gertak→gemertak,
artinya menujukan banyaknya waktu bunyi gertak. cicit→cericit, artinya
menujukan banyaknya waktu bunyi cicit.
·
Menyatakan
sesuatu yang mempunyai sifat seperti yang di sebut pada kata dasarnya. Contoh:
kata kerja→kinerja, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan kerja atau
sesuatu sifat kegigihan. kuning→kemuning, artinya sesuatu yang mempunyai sifat
sama dengan warna kuning. gilang→gemilang, artinya sesuatu yang mempunyai sifat
sama dengan cerah. turun→temurun, artinya sesuatu yang mempunyai sifat
terus-menerus. tunjuk→telunjuk, artinya sesuatu yang mempunyai sifat seperti
tunjuk.
e. Konfiks
1. Ber-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung ber-kan adalah membentuk kata kerja intransitive yang dilengkapi dengan sebuah pelengkap.
- Bila dipasangkan dengan kata benda tertentu akan membentuk makna “menjadikan yang disebut pelengkapnya sebagai yang disebut kata dasarnya”, cth: bersenjatakan, berdasarkan.
- Imbuhan gabung ber-kan tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung ber-kan akan mengalami morfologi.
2. Ber-an
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung ber-an adalah membentuk kata kerja intrnasitif.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja yang menyatakan gerak akan membentuk makna “banyak serta tidak teratur” (berlarian, beterbangan).
- Bila dipasangakan dengan kata kerja tertentu atau pada kata benda yang menyatakan letak atau jarak, maka akan membentuk makna “saling atau berbalasan” (berpotongan, bersebelahan).
- Imbuhan gabung ber-an tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal mendapat imbuhan gabung ber-an akan mengalami morfologi.
3. Per-kan
Sifat:
- Imbuhan gabung per-kan bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja tertentu akan membentuk makna “jadikan bahan…” (pertunjukan).
- Imbuhan gabung per-kan bila dipasangkan dengan beberapa kata sifat tertentu akan membentuk makna “jadikan supaya…” (perkenalkan).
- Imbuhan gabung per-kan tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung per-kan akan mengalami morfologi.
4. Per-an
Sifat:
- Memiliki 3 bentuk : Per-an, Pe-an, Pel-an.
- Berfungsi membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan mebentuk makna “melakukan hal” (pergerakan).
- Bila dipasangkan dengan kata benda, maka akan membentuk makna “masalah tentang…” (perekonomian, perhotelan).
- Biila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “tempat ….” (peristirahatan, persembunyian).
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan tempat akan membentuk makna “daerah, wilayah, atau kawasan…” (pegunugnan, pedalaman).
5. Per-i
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata sifat tertentu akan membentuk makna “lakukan supaya jadi…” (pebaiki)
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “lakukan yang disebutkan pada kata dasarnya” (Persetujui).
- Imbuhan gabung Per-I tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal mendapat imbuhan gabung per-I akan mengalami morfolagi.
6. Pe-an
Sifat:
- Mempunyai 6 bentuk : Pe-an, Pem-an, Pen-an, Peny-an, Peng-an, Penge-an.
- Berfungsi untuk membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, kata benda, kata sifat, maka akan membentuk makna “hal atau peristiwa” (Pembinaan, Penghijauan, pemasaran”).
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja, sifat, benda, akan mebentuk makna “proses” (Pembayaran, penulisan).
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja, sifat, benda, akan mebentuk makna “tempat…” (pemakaman, pelelangan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, kata jadian pada kata gabung maka akan mendapatkan makna “alat”, (penggorengan, penglihatan).
7. Di-kan
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif berimbuhan me-kan.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja yang pelakunya terletak di belakang kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal mendapat imbuhan gabung di-kan akan mengalami morfologi.
8. Di-i
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif yang berimbuhan me-i.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak sesudah kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung di-I akan mengalami morfologi.
9. Me-kan
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja aktif transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat atau kata kerja yang menyatakan keadaan, maka maknanya “menyebabkan jadi” (membingungkan).
- Bila dipasangakan dengan kata dasar merupakan kata kerja keadaan yang mebentuk kata jadian, maka maknanya “menyebabkan jadi…” (menyeragamkan).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat yang berbentuk gabungan kata, maka maknanya adalah “membuat jadi” (menghancurleburkan).
- Me-kan + kata kerja transitif akan menghasilkan makna “melakukan sesuatu untuk orang lain” (membukakan, membelikan).
10. Me-i
Sifat:
- fungsi imbuhan gabung me-I adalah membentuk kata kerja aktif transitif.
- Me-I + kata sifat manghasilkan makna “membuat jadi” (menerangi).
- Me-I + kata benda menghasilkan makna “meberi atau membubuhi” (menggarami, menggulai)
- Me-I + kata kerja menghasilkan makna “melakukan sesuatu” (menanami)
- Me-I + kata kerja yang menyatakan tindakan menghasilkan makna “melakukan berulang-ulang” (menembaki, memukuli).
- Me-I + kata kerja yang menyatakan emosi/ sikap batin menghasilkan makna “merasakan sesuatu pada” (menyukai, menyenangi).
11. Ter-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ter-kan adalah membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna “dapat dilakukan” (terselesaikan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “tidak sengaja dilakukan” (tertanamkan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Ter-kan akan mengalami morfologi.
12. Ter-i
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ter-I adalah membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja atau sifat tertentu akan membentuk makna “dapat dilakukan”, (terseberangi).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja dan kata benda tertentu akan membentuk makna “tidak sengaja terjadi” (terlempari).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Ter-i akan mengalami morfologi.
13. Ke-an
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ke-an adalah membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, sifat, atau kata berimbuhan dan kata gabung akan membentuk makna “hal atau peristiwa” (kedatangan, kenaikan, keterlambatan)
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan jabatan akan membentuk makna “tempat atau wilayah” (kedutaan, kelurahan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat, maka akan membentuk makna “sedikit bersifat atau keadaan” (kehijauan, kepucatan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat atau kerja yang menyatakan keadaan akan membentuk makna “mengalami atau tidak sengaja” (kebanjiran, kedinginan).
- Bila dipasangakan dengan beberapa kata sifat maka membentuk makna “terlalu” (kebesaran, keasinan). Untuk menyatakan makna “terlalu” disarankan tidak menggunakan imbuhan gabung Ke-an melainkan dengan menggunakan kata keterangan terlalu, sehingga, dll.
- Bila dipasangkan dengan kata benda tertentu, akan membentuk makna “hal atau masalah” (kehutanan, kepariwisataan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Ke-an akan mengalami morfologi.
1. Ber-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung ber-kan adalah membentuk kata kerja intransitive yang dilengkapi dengan sebuah pelengkap.
- Bila dipasangkan dengan kata benda tertentu akan membentuk makna “menjadikan yang disebut pelengkapnya sebagai yang disebut kata dasarnya”, cth: bersenjatakan, berdasarkan.
- Imbuhan gabung ber-kan tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung ber-kan akan mengalami morfologi.
2. Ber-an
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung ber-an adalah membentuk kata kerja intrnasitif.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja yang menyatakan gerak akan membentuk makna “banyak serta tidak teratur” (berlarian, beterbangan).
- Bila dipasangakan dengan kata kerja tertentu atau pada kata benda yang menyatakan letak atau jarak, maka akan membentuk makna “saling atau berbalasan” (berpotongan, bersebelahan).
- Imbuhan gabung ber-an tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal mendapat imbuhan gabung ber-an akan mengalami morfologi.
3. Per-kan
Sifat:
- Imbuhan gabung per-kan bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja tertentu akan membentuk makna “jadikan bahan…” (pertunjukan).
- Imbuhan gabung per-kan bila dipasangkan dengan beberapa kata sifat tertentu akan membentuk makna “jadikan supaya…” (perkenalkan).
- Imbuhan gabung per-kan tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung per-kan akan mengalami morfologi.
4. Per-an
Sifat:
- Memiliki 3 bentuk : Per-an, Pe-an, Pel-an.
- Berfungsi membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan mebentuk makna “melakukan hal” (pergerakan).
- Bila dipasangkan dengan kata benda, maka akan membentuk makna “masalah tentang…” (perekonomian, perhotelan).
- Biila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “tempat ….” (peristirahatan, persembunyian).
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan tempat akan membentuk makna “daerah, wilayah, atau kawasan…” (pegunugnan, pedalaman).
5. Per-i
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata sifat tertentu akan membentuk makna “lakukan supaya jadi…” (pebaiki)
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “lakukan yang disebutkan pada kata dasarnya” (Persetujui).
- Imbuhan gabung Per-I tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal mendapat imbuhan gabung per-I akan mengalami morfolagi.
6. Pe-an
Sifat:
- Mempunyai 6 bentuk : Pe-an, Pem-an, Pen-an, Peny-an, Peng-an, Penge-an.
- Berfungsi untuk membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, kata benda, kata sifat, maka akan membentuk makna “hal atau peristiwa” (Pembinaan, Penghijauan, pemasaran”).
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja, sifat, benda, akan mebentuk makna “proses” (Pembayaran, penulisan).
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja, sifat, benda, akan mebentuk makna “tempat…” (pemakaman, pelelangan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, kata jadian pada kata gabung maka akan mendapatkan makna “alat”, (penggorengan, penglihatan).
7. Di-kan
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif berimbuhan me-kan.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja yang pelakunya terletak di belakang kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal mendapat imbuhan gabung di-kan akan mengalami morfologi.
8. Di-i
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif yang berimbuhan me-i.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak sesudah kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung di-I akan mengalami morfologi.
9. Me-kan
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja aktif transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat atau kata kerja yang menyatakan keadaan, maka maknanya “menyebabkan jadi” (membingungkan).
- Bila dipasangakan dengan kata dasar merupakan kata kerja keadaan yang mebentuk kata jadian, maka maknanya “menyebabkan jadi…” (menyeragamkan).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat yang berbentuk gabungan kata, maka maknanya adalah “membuat jadi” (menghancurleburkan).
- Me-kan + kata kerja transitif akan menghasilkan makna “melakukan sesuatu untuk orang lain” (membukakan, membelikan).
10. Me-i
Sifat:
- fungsi imbuhan gabung me-I adalah membentuk kata kerja aktif transitif.
- Me-I + kata sifat manghasilkan makna “membuat jadi” (menerangi).
- Me-I + kata benda menghasilkan makna “meberi atau membubuhi” (menggarami, menggulai)
- Me-I + kata kerja menghasilkan makna “melakukan sesuatu” (menanami)
- Me-I + kata kerja yang menyatakan tindakan menghasilkan makna “melakukan berulang-ulang” (menembaki, memukuli).
- Me-I + kata kerja yang menyatakan emosi/ sikap batin menghasilkan makna “merasakan sesuatu pada” (menyukai, menyenangi).
11. Ter-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ter-kan adalah membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna “dapat dilakukan” (terselesaikan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “tidak sengaja dilakukan” (tertanamkan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Ter-kan akan mengalami morfologi.
12. Ter-i
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ter-I adalah membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja atau sifat tertentu akan membentuk makna “dapat dilakukan”, (terseberangi).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja dan kata benda tertentu akan membentuk makna “tidak sengaja terjadi” (terlempari).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Ter-i akan mengalami morfologi.
13. Ke-an
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ke-an adalah membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, sifat, atau kata berimbuhan dan kata gabung akan membentuk makna “hal atau peristiwa” (kedatangan, kenaikan, keterlambatan)
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan jabatan akan membentuk makna “tempat atau wilayah” (kedutaan, kelurahan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat, maka akan membentuk makna “sedikit bersifat atau keadaan” (kehijauan, kepucatan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat atau kerja yang menyatakan keadaan akan membentuk makna “mengalami atau tidak sengaja” (kebanjiran, kedinginan).
- Bila dipasangakan dengan beberapa kata sifat maka membentuk makna “terlalu” (kebesaran, keasinan). Untuk menyatakan makna “terlalu” disarankan tidak menggunakan imbuhan gabung Ke-an melainkan dengan menggunakan kata keterangan terlalu, sehingga, dll.
- Bila dipasangkan dengan kata benda tertentu, akan membentuk makna “hal atau masalah” (kehutanan, kepariwisataan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Ke-an akan mengalami morfologi.
e. Simulfiks
1.
Memper-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Memper-kan adalah membentuk kata kerja transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “menjadikan sebagai bahan” (memperdebatkan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat dan kata kerja yang menyatakan keadaan akan membentuk makna “menjadikan supaya” (mempersiapkan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Memper-kan akan mengalami morfologi.
2. Memper-i
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Memper-I membentuk kata kerja transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “membuat supaya obyeknya menjadi atau menjadi lebih” (memperbaiki).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “melakukan yang disebut pada kata dasarnya” (memperturuti).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Memper-i akan mengalami morfologi.
3. Diper-kan
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif berimbuhan gabung Memper-kan.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak sesudah kata kerjanya dengan makna “dibuat jadi…”.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Diper-kan akan mengalami morfologi.
4. Diper-i
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif berimbuhan gabung Memper-i.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak sesudah kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Diper-i akan mengalami morfologi
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Memper-kan adalah membentuk kata kerja transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “menjadikan sebagai bahan” (memperdebatkan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat dan kata kerja yang menyatakan keadaan akan membentuk makna “menjadikan supaya” (mempersiapkan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Memper-kan akan mengalami morfologi.
2. Memper-i
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Memper-I membentuk kata kerja transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “membuat supaya obyeknya menjadi atau menjadi lebih” (memperbaiki).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “melakukan yang disebut pada kata dasarnya” (memperturuti).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Memper-i akan mengalami morfologi.
3. Diper-kan
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif berimbuhan gabung Memper-kan.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak sesudah kata kerjanya dengan makna “dibuat jadi…”.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Diper-kan akan mengalami morfologi.
4. Diper-i
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif berimbuhan gabung Memper-i.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak sesudah kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Diper-i akan mengalami morfologi
3.
KATA ULANG
kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami
perulangan baik seluruh maupun sebagian.
Kata ulang yaitu kata dasar yang
diulang. Dalam hal ini yang diulang bukan morfem melainkan kata.kita bisa
melihat contoh berikut : sepeda-sepeda , berasal dari satu kata sepeda.
Sebaliknya, kata kupu-kupu bukanlah kata ulang karena dalam bahasa Indonesia
tiak dikenal kupu. Oleh karena itu, bentuk tersebut bukan merupakan kata ulang.
1.
Prinsip pengulangan
a.
Selalu mempunyai dasar yang diulang
b.
Proses pengulangan tidak mengubah jenis(kelas) kata
c.
Bentuk dasarnya adalah kata yang lazim (umum) dipakai dalam tindak berbahasa
2.
Macam-macam kata ulang
a.
Kata ulang utuh / penuh
Contoh : rumah-rumah, berasal dari
kata dasar rumah
b.
Kata ulang berimbuhan
Contoh : diinjak-injak, berasal dari
kata dasar injak
c.
Kata ulang sebagian/parsial berimbuhan
Contoh : Berpandang-pandangan,
berasal dai kata dasar pandang
d.
Kata ulang dwi purwo
Contoh : sesama,berasal dari kata
dasar sama
e.
Kata ulang berubah bunyi
Contoh : sayur-mayur, berasal dari
kata dasar sayur
3. Fungsi kata ulang
Pada prinsipnya pengulangan tidak
mengubah jenis kata. Artinya bila kata dasarnya kata benda akan tetap menjadi
kata benda pada kata ulangnya, demikian pula untuk jenis kata lainnya. Akan tetapi,
ada sebagian pengulangan yang mengubah jenis kata khususnya yang diubah menjadi
kata tugas, seperti kata bukan-bukan, sama-sama, serta-merta, dan sebagainya.
4.
Arti kata ulang
a. Banyak
tak tentu
Contoh: lembu-lembu
Lembu-lembu itu berebut makanan
b.
Bermacam-macam
Contoh : sayur-sayuran
Sebaiknya kita mulai menanam
sayur-sayuran
c.
Menyerupai
Contoh: kuda-kudaan
Anak-anak TK itu senang bemain kuda-kudaan
d.Melemahkan
Contoh : kekanak-kanakan
Walau sudah 20 tahun sifatny masih
kekanak-kanakan
e.Menyatakan
intensitas
Ada tiga bagian yaitu:
1)
Kualitatif : kuat-kuat
2)
Kuantitatif : rumah-rumah
3)
Frekuentatif : menggeleng-gelengkan
f.Menyatakan
saling (resiprokal)
Contoh : salam-salaman
Mereka salam-salaman saat lebaran
g.Menyatakan
arti seperti pada bentuk dasarnya
Contoh : masak-masakan
Ibu membuka kursus masak-masakan
h.Menyatakan
perbuatan yang seenaknya
Contoh
: duduk-duduk
Kami duduk-duduk di serambi depan
i.Menyatakan
arti paling (superlative)
Contoh : sebesar-besarnya
Buatlah roti bolu sebesar-besarnya agar bias
dicatat alam buku MURI.
j.Menyatakan
kumpulan
Contoh : dua-dua
Sikakan anda membungkus roti itu dua-dua
k.Menyatakan
walaupun
Contoh : hujan-hujan
Hujan-hujan, ia tetap datang.
l.Menyatakan
selalu
Contoh : mereka-mereka
Mereka-mereka yang datang terlambat
4.
KATA MAJEMUK
gabungan
beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru.
Ciri-ciri kata
majemuk menurut M. Ramlan
a. Salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata.
Yang
dimaksud dengan istilah pokok kata ialah satuan gramatik yang tidak dapat
berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatik tidak memiliki sifat
bebas, yang dapat di jadikan bentuk dasar bagi sesuatu kata. Misalnya : juang, temu, lomba, tempur, tahan, dan
masih banyak lagi.
Satuan gramatik yang unsurnya berupa kata dan pokok kata,
atau kata semua, berdasarkan ciri ini, merupakan kata majemuk. Unsur yang
berupa kata dan pokok kata misalnya : kolam
renang, pasukan tempur, barisan tempur, medan tempur, brigade tempur, daya
tempur, lomba lari, tenaga kerja dan masih banyak lagi. Sedangkan unsur
yang berupa kata yaitu kolam, pasukan,
barisan, medan, brigade, daya, lari, kamar, jam, waktu, tenaga dan masa.
Dan untuk kata majemuk yang terdiri dari pokok kata semua misalnya terima kasih, lomba tari, lomba rias, lomba
nyanyi, lomba renang, tanggung jawab, simpan pinjam, jual beli, dan
sebagainya.
b.Unsur-unsurnya
tidak mungkin dipisahkan, atau tidak mungkin diubah strukturnya.
Misalnya :
·
ia menjadi kaki tangan musuh
·
ia menjadi kaki dan tangan musuh
·
kaki dan tangannya sudah tidak ada
dari kalimat di atas terlihat bahwa kaki
tangan merupakan kata majemuk karena kedua unsurnya tidak mungkin di
pisahkan. Satuan anak buah berbeda
dengan anak orang sekalipun unsurnya
sama, berupa kata nominal semua. Pada anak
orang unsur anak dan orang dapat dipisahkan, atau dapat
diubah struktunya. Tetapi unsur-unsur pada anak
buah tidak dapat dipisahkan dan juga tidak dapat diubah strukturnya.
Demikianlah dapat disimpulkan bahwa anak
buah adalah kata majemuk, sedangkan anak
orang adalah frase. Berikut beberapa contoh kata majemuk berdasar ciri ini
: ruang makan, baju dalam, daun pintu,
mata pencaharian, pejabat tinggi, kapal terbang, anak timbangan, dan
lain-lain.
c.Salah satu atau
semua unsurnya berupa morfem unik.
Morfem unik yaitu morfem yang hanya mampu berkombinasi
dengan satu satuan tertentu. Misalnya simpang siur, gelap gulita, terang benderang.
Jenis
Kata Majemuk
Ada empat dasar yang biasanya digunakan untuk menjeniskan kata majemuk, yaitu berdasarkan hubungan gramatik antar usurnya, berdasarkan hubungan semantis antarunsurnya, berdasarkan jumlah bentuk dasar yang membentuk kata majemuk itu, dan berdsarkan kelas kata bentuk dasar yang membentuknya.
Ada empat dasar yang biasanya digunakan untuk menjeniskan kata majemuk, yaitu berdasarkan hubungan gramatik antar usurnya, berdasarkan hubungan semantis antarunsurnya, berdasarkan jumlah bentuk dasar yang membentuk kata majemuk itu, dan berdsarkan kelas kata bentuk dasar yang membentuknya.
1 Berdasarkan Hubungan Gramatis
Antarunsurnya
Berdasarkan hubungan gramatis antarunsurnya, kata majemuk terdiri atas kata majemuk endosentris dan kata majemuk eksosentris Kata majemuk endosentris adalah kata majemuk yang unsur pembentuknya ada yang diterangkan (D) dan ada yang menerangkan (M). Strukturnya bisa berupa D-M, misalnya kamar mandi dan hari besar, atau M-D yang pada umumnya berasal dari unsur serapan, misalnya perdana menteri dan akil balig. Sementara itu, kata majemuk eksosentris atau dwanda adalah kata majemuk yang hubungan gramatis antarunsurnya sejajar dan tidak saling menerangkan sehingga hanya bersifat kopulatif Contoh kata majemuk jenis ini adalah kaki tangan, tua muda, dan sunyi senyap.
2 Berdasarkan Hubungan Sematis Antarunsurnya
Berdasarkan hubungan sematis antarunsurnya, kata majemuk terdiri atas kata majemuk yang hubungan antarunsurnya setara, misalnya tanggung jawab kata majemuk yang hubungan makna antarunsurnya bersinonim, misalnya pucat pasi, dan kata majemuk yang hubungan makna antarunsurnya berantonim, misalnya simpan pinjam
Berdasarkan hubungan gramatis antarunsurnya, kata majemuk terdiri atas kata majemuk endosentris dan kata majemuk eksosentris Kata majemuk endosentris adalah kata majemuk yang unsur pembentuknya ada yang diterangkan (D) dan ada yang menerangkan (M). Strukturnya bisa berupa D-M, misalnya kamar mandi dan hari besar, atau M-D yang pada umumnya berasal dari unsur serapan, misalnya perdana menteri dan akil balig. Sementara itu, kata majemuk eksosentris atau dwanda adalah kata majemuk yang hubungan gramatis antarunsurnya sejajar dan tidak saling menerangkan sehingga hanya bersifat kopulatif Contoh kata majemuk jenis ini adalah kaki tangan, tua muda, dan sunyi senyap.
2 Berdasarkan Hubungan Sematis Antarunsurnya
Berdasarkan hubungan sematis antarunsurnya, kata majemuk terdiri atas kata majemuk yang hubungan antarunsurnya setara, misalnya tanggung jawab kata majemuk yang hubungan makna antarunsurnya bersinonim, misalnya pucat pasi, dan kata majemuk yang hubungan makna antarunsurnya berantonim, misalnya simpan pinjam
3 Berdasarkan Jumlah Bentuk Dasar
yang Membentuknya
Berdasarkan jumlah bentuk dasarnya, kata majemuk dapat dipilah menjadi kata majemuk yang terdiri atas dua bentuk dasar, misalnya meja tulis, kepala dingin, dan membabi buta, serta kata majemuk yang terdiri atas tiga bentuk dasar, misalnya telur mata sapi, kereta api cepat, dan setali tiga uang .
Berdasarkan jumlah bentuk dasarnya, kata majemuk dapat dipilah menjadi kata majemuk yang terdiri atas dua bentuk dasar, misalnya meja tulis, kepala dingin, dan membabi buta, serta kata majemuk yang terdiri atas tiga bentuk dasar, misalnya telur mata sapi, kereta api cepat, dan setali tiga uang .
Pengamatan
yang seksama terhadap sejumlah kata majemuk bahasa Indonesia berhasil menemukan
berbagai pola kata majemuk sebagai berikut ini.
a)KB + KB
b)KB + KKj
c)KB + KS
d)KB + Kbil
e)KKj + KB
f)KKj + KKj
g)KKj + KS
h)KS + KS
i)KS + KB
j)Kbil + KB
b)KB + KKj
c)KB + KS
d)KB + Kbil
e)KKj + KB
f)KKj + KKj
g)KKj + KS
h)KS + KS
i)KS + KB
j)Kbil + KB
Kata
majemuk berstruktur KB + KB
Kata
mejemuk yang berstruktur KB + KB terbentuk dari dua unsur, yakni kata benda
diikuti kata benda, seperti : tangan besi. contoh kalimat: Anton menjadi tangan
besi pak Andi
Kata
majemuk berstruktur KB + KKj
Dalam
bahasa Indonesia sering ditemui kata majemuk jam kerja, jam terbang, piring
terbang, jam belajar, dan sebagainya. Kata majemuk-kata majemuk ini berstruktur
kategori KB + KKj. Adapun contoh pemakaiannya adalah:
a)
Jam
kerja dosen itu
sangat panjang.
b)
Jam
tebang mengajar
guru itu sudah panjang.
c)
Orang
itu pernah melihat piring terbang.
d)
Di
Yogyakarta sekarang diberlakukan jam belajar
Kata majemuk berstruktur KB + KS
Orang yang
sombong dan banyak cakap dalam bahasa Indonesia disebut mulut besar. Orang
yang suka mencuri atau mengambil kepunyaan orang lain lazim disebut tangan
panjang. Orang yang mengerjakan sesuatu dengan penuh ketenangan disebut kepala
dingin. Siaft orang yang kejam yang dapat membunuh orang dengan tenang
disebut (ber)darah dingin. Mulut besar, tangan panjang, kepal dingin, dan
darah dingin adalah kata majemuk berstruktur kata benda dan kata benda.
Adapun contoh pemakaiannya dalam kalimat di bawah ini.
a)Ali memang pemuda tangan
panjang.
b)Semua persoalan hendaknya
diselesaikan dengan kepala dingin.
c)Dia memang pembunuh yang (ber)darah
dingin.
d)Muhammad Ali adalah petinju (ber)
mulut besar.
Kata majemuk berstruktur KB + Kbil
Kata
majemuk kepala empat dan kaki lima serta kepala enam adalah tiga contoh kata
majemuk bahasa Indonesia yang berstruktur KB + Kbil. Adapun contoh pemakiannya
adalah seperti pada kalimat berikut ini.
a)
Usianya
sudah (ber)kepala empat.
b)
Ia
bekerja sebagai pedagang kaki lima.
c)
Siapa
nama laki-laki yang sudah (ber)kepala enam itu.
Kata majemuk simpang tiga, segi tiga, segi empat, dan
sebagainya yang terdapat dalam kalimat :
a)Dia
akan bertemu di simpang lima.
b)Pertandingan
segi tiga itu akan dimulai minggu depan.
c)Alun-alun
itu berbentuk segi empat.
Kata mejemuk berstruktur KKj + KB
Di dalam
bahasa indonesia seringkali mendengar kata majemuk turun gunung, naik daun,
naik tahta, naik darah, dan sebagainya. Kata majemuk-kata majemuk ini adalah
kata majemuk berstruktur KKj + KB. Adapun penggunaanya dapat dilihat dalam
kalimat di bawah ini.
a)Pendekar
itu sudah saatnya turun gunung.
b)Penyanyi
itu sedang naik daun.
c)Sudah
waktunya pangeran itu naik tahta.
d)Ia
termasuk orang yang cepat naik darah.
Kata majemuk berstruktur KKj + KKj
Kata
majemuk pulang pergi, pecah belah, peluk cium, bujuk rayu, dan sebagainya
adalah kata majemuk yang berstruktur kategori KKj + KKj. Adapun pemakaian dalam
kalimatnya adalah seperti
a)Ia
sudah memesan tiket pulang pergi Solo-Yogya.
b)Belanda
memakai politik pecah belah.
c)Sebelum
pergi ia menerima peluk cium dari keluarganya.
d)Ia
tidak peduli dengan bujuk rayu lintah darat itu.
Kata kerja +kata sifat
Naik darah, terima kasih, sapu bersih, tebas mentah, sapu
rata, dan
sebagainya adalah beberapa contoh kata majemuk berstruktur kata kerja + kata
sifat. Adapun contoh pemakian adalah seperti kalimat di bawah ini.
a)Karena
tidak tahan dihina ia lalu naik darah.
b)Sebulan
ia hanya terima bersih Rp 700.000,00.
c)Dalam
kejuaraan itu Indonesia sapu bersih semua medali emas yang disediakan.
d)Orang
itu bermain tebas mentah..
e)Semua
orang yang menghalangi niatnya akan (di)sapu rata.
Kata sifat + kata Sifat
Kata
majemuk berstruktur kata sifat + kata sifat merupakan tipe kata majemuk yang
produktif. Gagah berani, duka lara, gembira ria, cerdik cendekia, dan
sebagainya merupakan beberapa diantaranya.
a)Pahlawan
yang gagah berani itu gugur di medan laga.
b)Mahasiswa
adalah salah satu kelompok cerdik cendekia.
c)Semua
mahasiswa bergembira ria pada upacara wisuda itu.
d)Pesta
itu menghilangkan segala duka lara yang dialaminya.
Kata majemuk berstruktur KS + KB
Di
dalam bahasa Indonesia sering kali kita menemui kata majemuk besar mulut di
samping mulut besar, panjang tangan, di samping tangan panjang.
Kedua pasangan ini masing-masing memiliki makna ‘sombong’ dan ‘suka mencuri’.
Kata majemuk dingin tangan dan dingin kepala memiliki watak yang
sama dengan besar mulut dan panjang tangan karena juga memiliki
variasi tangan dingin, dan kepala dingin. Adapun contoh keempat
kata majemuk itu terlihat dalam kalimat di bawah ini.
d)
Ah,
dia hanya besar mulut saja.
e)
Sifat-sifat
panjang tangan harus segera dihilangkan.
f)
Segala
masalah harus dihadapi dengan dingin kepala.
g)
Karya
itu dihasilkan dengan dingin tangan.
Selain
itu, memang terdapat kata majemuk yang elemen-elemennya memang tidak dapat
dipindahkan (dipertukarkan), seperti tinggi hati, banyak mulut, rendah hati,
besar hati, dan sebagainya tidak memiliki arti jika di balik menjadi “hati tinggi”,
“mulut banyak”, “hati rendah”, dan “hati besar”.
a)Sifat
tinggi hatinya tidak dapat dihilangkan.
b)Jangan
banyak mulut kalau mau bekerja.
c)Dari
dahulu ia memang sangat rendah hati.
d)Kita
harus (ber)besar hati karena dari sekian banyak calon, hanya kita yang lulus.
Kata majemuk berstruktur Kbil + KS
Kata
majemuk setengah sadar, setengah tua, adalah dua contoh dari sedikit kata
majemuk tipe ini di dalam bahasa Indonesia. Adapun contoh pemakaiannya adalah
kalimat di bawah ini:
a)Setengah sadar dia mengatakan hal itu.
b)Dia
membeli aki yang setengah tua.
c)Dia
menanyaiku setengah curiga.
JENIS-JENIS KATA
1. Kata Benda (Nomina)
Kata benda (nomina) adalah kata-kata
yang merujuk pada bentuk suatu benda, bentuk benda itu sendiri dapat bersifat abstrak
ataupun konkret. Dalam bahasa Indonesia kata benda (nomina) terdiri dari
beberapa jenis, sedangkan dari proses pembentukannya kata benda terdiri dari 2
jenis, yaitu :
a. Kata Benda (Nomina) Dasar
Kata benda dasar atau nomina dasar
ialah kata-kata yang secara konkret menunjukkan identitas suatu benda, sehingga
kata ini sudah tidak bisa lagi diuraikan ke bentuk lainnya. Contoh : buku,
meja, kursi, radio, dll.
b.
Kata
Benda (Nomina) Turunan
Nomina turunan atau kata benda
turunan ialah jenis kata benda yang terbentuk karena proses afiksasi sebuah
kata dengan kata atau afiks. Proses pembentukan ini terdiri dari beberapa
bentuk, yaitu :
a.
Verba
+ (-an) contoh: Makanan.
b.
(Pe-)
+ Verba contoh: Pelukis.
c.
(Pe-)
+ Adjektiva contoh: Pemarah, Pembohong.
d.
(Per-)
+ Nomina + (-an) contoh: Perbudakan.
Kata
benda menurut wujudnya, dibagi atas :
1.
Kata benda konkret
Kata benda konkret adalah nama dari
benda-benda yang dapat ditangkap panca indera, Contoh : buku, kertas, rumah,
dan sebagainya.
Contoh kalimat: buku tulis ada di
atas meja
Ini termasuk kata benda konkret
karena buku memang benar dilihat di atas meja indera yang dipergunakan yakni
penglihatan.
2.
Kata
benda abstrak
Kata benda abstrak ialah kata benda yang wujud
bendanya tidak nampak kelihatan dan tidak dapat ditangkap oleh pancaindera,
namun keberadaannya ada. Contoh : ide, udara, ilmu, dan sebagainya.
Contoh kalimat: udara di pegunungan
sangat dingin
Kata udara termasuk kata benda abstrak
karena udara tidak dapat dilihat namau dapat dirasakan keberadaannya.
Selain dua jenis kata benda diatas,
ada satu lagi jenis kata benda, yaitu kata yang dibendakan. Kata yang dibendakan adalah kata
yang sebenarnya tidak terdiri dari kata benda asli namun dianggap sebagai kata
benda sebab mendapatkan imbuhan.
Contoh : keberanian, kekuatan,
penyanyi, dan sebagainya.
Kata
keberanian asalnya dari kata sifat, yaitu berani. Namun karena mendapatkan
imbuhan ke-an, maka kata sifat ini dianggap sebagai kata benda atau disebut
sebagai kata yang dibendakan. Begitu pula dengan kata penyanyi yang aslanya
kata kerja, yaitu nyanyi. Berhubung kata ini mendapatkan imbuhan pe-, maka kata
tersebut berubah menjadi kata yang dibendakan.
Untuk menentukan apakah suatu kata
masuk dalam kategori kata benda atau tidak, kita menggunakan dua prosedur:
1.
Melihat dari segi bentuk sebagai prosedur pencalonan
2.
Melihat dari segi kelompok kata ( frasa), sebagai prosedur penentuan
a)
BENTUK
Segala kata yang mengandung morfem
terikat ( imbuhan ) : ke-an, pe-an, ke-, dicalonkan sebagai kata benda.
Contoh: perumahan, kecantikan,
pelari, kehendak dan lain-lain.
Tetapi di samping itu ada sejumlah
besar kata yang tidak dapat ditentukan masuk kata benda berdasarkan bentuknya,
walaupun diketahui bahwa itu adalah kata benda.
Contoh: meja, kursi, pohon,
dan lain-lain
b)
KELOMPOK KATA
Kedua macam kata benda itu (baik
yang berimbuhan maupun yang tidak berimbuhan) dapat mengandung suatu ciri
struktural yang sama yaitu dapat diperluas dengan yang + Kata Sifat
Contoh: perumahan yang baru
pelari yang cepat
kehendak yang baik
meja yang bagus
pohon
yang tua
c)
TRANSPOSISI
Suatu kata yang asalnya dari suatu
jenis kata, dapat dipindahkan jenisnya ke jenis lain. Pemindahan itu terjadi
karena menambahkan imbuhan atau partikel. Kata ajar, sebenarnya kata
kerja, jika ditambahkan afiks pe-, maka dapat ditransposisikan menjadi kata
benda: pelajar.
Sebaliknya ada kata benda yang dapat
ditransposisikan menjadi kata kerja, misalnya kopi menjadi mengopi.
d)
SUB-GOLONGAN KATA BENDA
Karena kata ganti adalah kata yang menduduki
tempat kata benda dalam hubungannya atau posisi tertentu, serta strukturnya
sama dengan kata benda, maka kata ganti dimasukan dalam jenis kata benda dan
diperlakukan sebagai sub-golongan dari kata benda.
Melalui substitusi, kata ganti
menduduki segala macam fungsi yang dapat diduduki oleh kata benda.
Contoh: Fitra pergi ke kampus
Ia pergi ke kampus
Dosen mengajar Fitra
Dosen mengajarnya
2.Kata
Kerja (Verba)
Kata
kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan. Kata kerja
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
a.
Kata
Kerja Transitif
Kata kerja transitif merupakan kata kerja yang selalu diikuti oleh unsur
subjek, contoh : membeli, membunuh memotong, dll.
b.
Kata
Kerja Intransitif
Kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak
memerlukan pelengkap. Seperti kata tidur untuk contoh kalimat berikut: saya
tidur, pada kalimat tersebut kata tidur yang berposisi sebagai
predikat (P) tidak lagi diminta menerangkan untuk memperjelas kalimatnya,
karena kalimat itu sudah jelas.
Dilihat
dari segi bentuknya kata kerja transitif dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu:
Kata kerja transitif berimbuhan dan kata kerja transitif tak berimbuhan.
1) Kata
kerja transitif tak berimbuhan, contoh: makan nasi, minum susu, dan sebagainya.
2) Kata kerja transitif berimbuhan
a. Kata kerja transitif berawalan me:
- Menabrak pohon
- Memukul anjing
- Menelan obat
b. Kata kerja transitif berimbuhan me-kan:
- Mengikatkan tali
- Melepaskan sandal
- Memutuskan ikatan
c. Kata kerja transitif berimbuhan memper-kan:
- Mempertahankan prestasi
- Memperjuangkan hidup
- Mempermainkan bola
d. Kata kerja transitif berimbuhan me-i:
- Menyeberangi jalan
- Mengendarai sepeda
- Mengawasi ujian
e. Kata kerja transitif berimbuhan memper-i:
- Memperbarui lukisan
- Memperbaiki sepeda
- Memperingati hari kemerdekaan
f. Kata kerja transitif berimbuhan memper- :
- Memperburuk suasana
- Memperdalam ilmu
- Memperjelas masalah
2) Kata kerja transitif berimbuhan
a. Kata kerja transitif berawalan me:
- Menabrak pohon
- Memukul anjing
- Menelan obat
b. Kata kerja transitif berimbuhan me-kan:
- Mengikatkan tali
- Melepaskan sandal
- Memutuskan ikatan
c. Kata kerja transitif berimbuhan memper-kan:
- Mempertahankan prestasi
- Memperjuangkan hidup
- Mempermainkan bola
d. Kata kerja transitif berimbuhan me-i:
- Menyeberangi jalan
- Mengendarai sepeda
- Mengawasi ujian
e. Kata kerja transitif berimbuhan memper-i:
- Memperbarui lukisan
- Memperbaiki sepeda
- Memperingati hari kemerdekaan
f. Kata kerja transitif berimbuhan memper- :
- Memperburuk suasana
- Memperdalam ilmu
- Memperjelas masalah
Sedangkan
kata kerja intransitif dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu :
1) Kata kerja intransitif berimbuhan
- Saya duduk-duduk
- Ibu berjalan-jalan
- Adik menangis
2) Kata kerja intransitif yang terbentuk dari kata kerja yang aus (tidak berimbuhan)
- Adik lari
- Kakak pulang
- Ibu pergi
ciri-ciri kata kerja:
1) Kata kerja intransitif berimbuhan
- Saya duduk-duduk
- Ibu berjalan-jalan
- Adik menangis
2) Kata kerja intransitif yang terbentuk dari kata kerja yang aus (tidak berimbuhan)
- Adik lari
- Kakak pulang
- Ibu pergi
ciri-ciri kata kerja:
a)
BENTUK
Segala kata yang berimbuhan: me-,
ber-, -kan, di-, -i dapat dicalonkan menjadi kata kerja.
b)
KELOMPOK KATA
Segala macam kata tersebut di atas
dalam segi kelompok kata mempunyai kesamaan struktur yaitu dapat diperluas
dengan kelompok kata dengan + Kata Sifat.
Contoh:
Ia berbicara dengan keras
Anak itu menari dengan gemulai
c)
TRANSPOSISI
Kata kerja dapat dipindah jenisnya
ke jenis kata lain dengan pertolongan morfem terikat, misalnya menari
menjadi penari, tarian; membaca menjadi pembaca, bacaan,
dan lain-lain. Begitu pula sebaliknya, kata benda atau kata sifat dapat
ditransposisikan menjadi kata kerja, misalnya pendek menjadi memendekkan,
turun menjadi menurunkan dan sebagainya.
Didalam
Bahasa Indonesia ada 2 dasar dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang tanpa
afiks tetapi telah mandiri karena telah memiliki makna, dan bentuk dasar yang
berafiks atau turunan. dari bentuk verba ini dapat dibedakan menjadi :
- Verba Dasar Bebas ialah verba yang beruba morfem
dasar bebas, misalnya: duduk, makan, mandi, minum, dll.
- Verba Turunan ialah verba yang telah
mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan
leksem.
Beberapa bentuk verba turunan :
a)
Verba
berafiks yaitu kata kerja yang mendapat imbuhan: berbuat, terpikirkan,
dll.
b)
Verba
bereduplikasi yaitu kata kerja yang mendapat perulangan bunyi yang sama : bangun-bangun,
ingat-ingat, dll.
c)
Verba
berproses gabungan yaitu kata kerja yang mendapat gabungn dari afiks dan
reduplikasi : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, dll.
d)
Verba
majemuk yaitu hasi perpaduan dan penulisannya tidak boleh dibalik: cuci
mata, cuci tangan, dll. Kata cuci mata tidak bole di balik menjadi
mata cuci.
3.Kata Sifat (Adjektifa)
Kata sifat ialah kelompok kata yang
mampu menjelaskan atau mengubah kata benda atau kata ganti menjadi lebih spesifik.
Karena kata sifat mampu menerangkan kuantitas dan kualitas dari kelompok kelas
kata benda atau kata ganti.
Ciri-ciri
Kata Sifat :
a)
BENTUK
Dari segi bentuk segala kata sifat dalam
bahasa Indonesia bisa mengambil bentuk: se + reduplikasi kata dasar + nya
Contoh: se-tinggi-tinggi-nya
se-cepat-cepat-nya
se-baik-baik-nya
b)
KELOMPOK KATA
Dari segi kelompok kata, kata-kata
sifat dapat diterangkan olek kata-kata: paling, lebih, sekali.
Contoh: paling besar, lebih
besar, besar sekali
paling
cepat, lebih cepat, cepat sekali
paling baik, lebih baik, baik sekali
c)
TRANSPOSISI
Semua kata yang tergolong kata sifat
dapat berpindah jenis kata dengan bantuan morfem-morfem terikat: pe-, ke-an,
me-, -kan dan sebagainya.
Contoh: pembesar, membesarkan,
perbesar, pembesaran, kebesaran dan lain-lain
d)
SUB-GOLONGAN
Kata-kata bilangan berdasarkan
sifatnya dapat digolongkan dalam kata sifat sebagai sub-golongan karena
merupakan kelompok dengan ciri-ciri tersendiri tapi karena secara
substitusional dapat menduduki tugas-tugas dari kata sifat.
Beberapa
Proses Pembentukan Kata Sifat :
a)
Kata
sifat yang terbentuk dari kata dasar, misalnya: kuat, lemah, rajin, malas, dll.
b)
Kata
sifat yang terbentuk dari kata jadian, misalnya: terjelek, terindah, terbodoh,
dll.
c)
Kata
sifat yang terbentuk dari kata ulang, misalnya: gelap-gulita, pontang-panting,
dll:
d)
Kata
sifat yang terbentuk dari kata serapan, misalnya: legal, kreatif, dll.
e)
Kata
sifat yang terbentuk dari kata atau kelompok kata, misalnya: lapang dada, keras
kepala,baik hati, dll.
4.Kata Ganti (Pronomina)
Kelompok
kata ini dipakai untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan. Yang
termasuk jenis kata ini adalah segala kata yang dipakai untuk menggantikan kata
benda atau yang dibendakan.
Kata ganti menurut sifat dan
fungsinya dapat dibedakan atas:
1.
Kata Ganti Orang (Pronomina Personalia)
a.
Orang I
1)
Tunggal : aku, saya
Contoh
kalimat: saya adalah seorang siswa
2)
Jamak : kami, kita
b.
Orang II
1)
Tunggal : engkau, kamu
Contoh kalimat: engkau pahlawan
tanpa tanda jasa
2)
Jamak : kamu
Contoh
kalimat: kamu adalah sahabat terbaikku
c.
Orang III
1)
Tunggal : dia, beliau
Contoh kalimat: kemarin dia tidak
dating ke pesta
2)
Jamak : mereka
Contoh kalimat: mereka pergi ke
danau
2.
Kata Ganti Empunya (Pronomina Possessiva)
Adalah segala kata yang menggantikan
kata ganti orang dalam kedudukan sebagai pemilik: -ku, -mu, -nya, kami,
kamu, mereka.
Dalam fungsinya sebagai pemilik, kata-kata
ini mengambil bentuk ringkas dan dirangkaikan saja di belakang kata yang
diterangkan (disebut sebagai bentuk enklitis).
Contoh: pensilku = pensil aku
pensilmu = pensil kamu
apabila bentuk ringkas itu
dirangkaikan di depan sebuah kata, disebut proklitis.
Contoh: kupinjam, kaupinjam
3. Kata
Ganti Penunjuk (Pronomina Demonstrativa)
Adalah kata yang menunjuk di mana
terdapat sesuatu benda. Ada tiga macam kata ganti penunjuk:
a. Menunjuk sesuatu
di tempat pembicara
: ini
contoh
kalimat: ini ruang guru
b. Menunjuk sesuatu di tempat lawan
bicara : itu
contoh kalimat: itu tempat pensilku
c. Menunjuk sesuatu di tempat
orang ketiga
: di sana
contoh kalimat: di sana adalah rumah Dewi
4. Kata
Ganti Penghubung (Pronomina Relativa)
Adalah kata yang menghubungkan anak
kalimat dengan suatu kata benda yang terdapat dalam induk kalimat. Jadi fungsi
kata penghubung adalah:
a. Menggantikan kata benda yang terdapat
dalam induk kalimat
b. Menghubungkan anak kalimat dengan induk
kalimat seperti dipakai pada: yang,tempat
waktu
contoh : Baju Rafi yang berwarna merah
itu mahal harganya.
Kantor Kabupaten tempat ayahku bekerja, dikunjungi oleh gubernur.
Tadi pagi, waktu ayah pergi tergesa-gesa, hujan lebat sekali.
Kantor Kabupaten tempat ayahku bekerja, dikunjungi oleh gubernur.
Tadi pagi, waktu ayah pergi tergesa-gesa, hujan lebat sekali.
5. Kata Ganti Penanya (Pronomina
Innterrogativa)
Adalah kata yang menanyakan tentang benda, orang atau suatu
keadaan. Kata ganti penanya dalam bahasa Indonesia yaitu:
a. Apa
: untuk menanyakan benda
contoh kalimat: apa nama temapat itu?
b.
Siapa
: (si + apa) untuk menanyakan
orang
contoh kalimat: siapa namamu?
c. Mana
: untuk menanyakan pilihan seseorang atau
beberapa hal barang.
contoh kalimat: mana yang akan kamu pilih?
Kata ganti penanya tersebut dapat
dipakai lagi dengan bermacam-macam penggabungan dengan kata depan
contoh:
dengan
apa
dengan
siapa
dari mana
untuk
apa
untuk
siapa
ke mana
buat
apa
kepada
siapa
dan lain-lain
Selain dari kata-kata itu ada pula
kata ganti penanya yang lain yang bukan menanyakan orang atau benda tetapi
menanyakan keadaan, perihal dan sebagainya:
mengapa
bilamana
betapa
berapa
kenapa
bagaimana
6. Kata
Ganti Tak Tentu (Pronomina Indeterminativa)
Adalah kata yang menggantikan atau
menunjukkan benda atau orang dalam keadaan yang tidak tentu atau umum.
Contoh:
masing-masing
siapa-siapa
seseorang
sesuatu
barang
para
salah (salah satu…)
5.Kata
Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan adalah jenis kata
yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata sifat, dan kata bilangan
bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat. Kata keterangan dapat
dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a.Kata keterangan kualitatif
Adalah kata
keterangan yang menerangkan atau menjelaskan suasana atau situasi dari suat
perbuatan.Biasanya kata keterangan ini dinyatakan dengan mempergunakan kata
depan dengan + kata sifat.jadi sudah tampak di sini bahwa kata
keterangan itu bukan merupakan suatu jenis kata tetapi adalah suatu fungsi atau
jabatan dari suatu kata atau kelompok kata dalam sebuah kalimat.
Contoh: ia
berjalan perlahan-lahan
Ia menyanyi
dengan nyaring
b.Kata keterangan waktu
Adalah kata keterangan yang
menunjukkan atau menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa dalam suatu biadang
waktu:sekarang,nanti,kemarin,kemudian, sesudah itu, lusa, sebelum, minggu
depan, bulan depan, dan lain-lain.
Kata-kata seperti : Sudah,
setelah, sekarang, nanti, kemarin, kemudian, minggu depan
c.Kata keterangan temapat
Segala macam kata ini memberi
penjelasan atas berlangsungnya suatu peristiwa atau perbuatan dalam suatu ruang,
seperti:di sini, di situ, di sana, ke mari,ke sana, di rumah, di bandung,
dari Jakarta dan sebagainya.
Dari contoh-contoh di atas yang
secara konvensional dianggap kata keterangan tempat, jelas tampak bahwa
golongan kata ini pun bukan suatu jenis kata, tetapi merupakan suatu kelompok
kata yang menduduki suatu fungsi tertentu dalam kalimat. Keterangan
tempat yang dimaksudkan dalam tata bahasa-tata bahasa lama terdiri dari dua
bagian yaitu kata depan (di, ke, dalam ) dan kata benda atau kata ganti
petunjuk.
d.kata keterangan kecaraan
Adalah
kata-kata yang menjelaskan suatu peristiwa karena tanggapan si pembicara atas
berlangsungnya peristiwa tersebut. Dalam hal ini subjektivitas lebih
ditonjolkan. Keterangan ini menunjukkan sikap pembicara, bagaimana cara ia
melihat persoalan tersebut. Pertanyaan sikap pembicara atau tanggapan pembicara
atas berlangsungnya peristiwa tersebut dapat berupa:
a. Kepastian :
memang, niscaya, pasti, sungguh, tentu, tidak, bukanya, bukan.
Kalimat : tentu dia melihatnya
b. Pengakuan : ya, benar, betul,
malahan, sebenarnya.
Kalimat :
sebenarnya saya tidak mengerti
c. Kesangsian : agaknya, barangkali,
entah, mungkin, rasanya.
Kalimat : mungkin dia ada di situ
d. Keinginan : moga-moga,
mudah-mudahan.
Kalimat :mudah-mudahan dia dalam keadaan baik
e. Ajakan
: baik, mari, hendaknya, kiranya.
Kalimat : mari kita pergi ke taman
f. Larangan
: jangan.
Kalima : jangan dibuka pintu itu
g. Keheranan : masakan, mustahil, mana boleh.
Kalimat : mustahil jika dia bisa menyelesaikan tugas
itu
e.Kata
keterangan aspek
Keterangan aspek menjelaskan berlangsungnya
suatu peristiwa secara objektif, bahwa suatu peristiwa terjadi dengan
sendirinya tanpa suatu pengaruh atau pandangan dari pembicara. Keterangan aspek
dapat dibagi-bagi lagi atas bermacam-macam:
a). Aspek inkoatif :
menunjukan suatu peristiwa pada proses permulaan berlangsungnya: saya pun
berangkatlah.
b). Aspaek duratif : adalah
keterangan aspek yang menunjukan bahwa suatu peristiwa tengah berlangsung: sedang,
sementara.
c). Aspek perfektif : adalah
keterangan aspek yang menyatakan bahwa suatu peristiwa telah mencapai titik
penyelesaiannya: sudah, telah.
d). Aspek momental: menyatakan suatu peristiwa
terjadi pada suatu saat yang pendek.
e). Aspek
repetitif
: menyatakan bahwa suatu perbuatan terjadi berulang-ulang.
f). Aspek frekuentatif : menunjukan bahwa
suatu peristiwa sering terjadi.
g). Aspek habituatif : menyatakan
bahwa perbuatan itu terjadi karena suatu kebiasaan.
f.
Kata keterangan derajat
Adalah
keterangan yang menjelaskan derajat berlangsungnya suatu peristiwa atau jumlah
dan banyaknya suatu tindakan dikerjakan: amat hampir, kira-kira, sedikit,
cukup, hanya, satu kali, dua kali, dan seterusnya.
g.Kata
keterangan alat
Adalah
keterangan yang menjelaskan dengan alat manakah suatu proses itu berlangsung.
Keterangan semacam ini biasanya dinyatakan oleh kata dengan + kata
benda.
Contoh : ia
memukul anjing itu dengan tongkat.
Anak itu menjolok buah dengan galah, dan sebagainya.
h.Keterangan
kesertaan
Adalah
keterangan yang menyatakan pengikut-sertaan seseorang dalan suatu perbuataan
atau tindakan: saya pergi ke pasar bersama ibu
i.Keterangan
syarat
Adalah keterangan yang menerangkan
terjadinya suatu proses di bawah syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhinya:
jikalau, seandainya, jika, dan sebagainya.
j.Keterangan
perlawanan
Adalah
keterangan yang membantah sesuatu peristiwa yang telah diperkatakan terlebih
dahulu. Keterangan ini biasanya didahului oleh kata-kata: meskipun,
sungguhpun, biarpun, biar, meski, jika.
k.Keterangan
sebab
Adalah
keterangan yang memberi keterangan mengapa sesuatu peristiwa telah berlangsung.
Kata-kata yang menunjukkan keterangan sebab adalah: sebab, karena, oleh
karena, oleh sebab, oleh karena itu, oleh karenanya, dan sebagainya.
l.Keterangan
akibat
Adalah
keterangan yang menjelaskan akibat yang terjadi karena suatu peristiwa atau
perbuatan. Akibat adalah hasil dari suatu perbuatan yang tidak diharapkan
atau yang tidak dengan sengaja dicapai, tetapi terjadi dalam hubungan
sebab-akibat. Keterangan ini biasanya didahului oleh kata-kata : sehingga
,oeh karena itu, oleh sebab itu, dan lain sebagainya.
m.Keterangan
tujuan
Adalah
keterangan yang menerangkan hasil atau tujuan dari Sesuatu proses. Tujuan itu
pada hakekatnya adalah suatu akibat, tetapi akibat yang sengaja dicapai atau
memeng dikehendaki demikian. Kata-kata yang menyatakan keterangan tujuan
adalah: supaya, agar, agar supaya, hendak, untuk, guna, buat.
n.Keterangan
perbandingan
Adalah keterangan yang menjelaskan
sesuatu perbuatan dengan mengadakan perbandingan keadaan suatu proses dengan proses
yang lain, suatu keadaan dengan keadaan yang lain: kata-kata yang di pakai
untuk menyatakan perbandingan itu adalah: sebagai, seperti, seakan-akan,
laksana, umpama, bagaimana.
o.Keterangan
perwatasan
Adalah
keterangan yang memberi penjelasan dalam hal-hal mana saja suatu proses
berlangsung, dan yang mana tidak: kecuali, hanya.
6.Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan ialah jenis kelompok
kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, urutan sesuatu yang dibendakan. Kata
bilangan juga dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Kata bilangan utama
(numeralia cardinalia):satu, dua, tiga, empat, seratus,
seribu,
2. Kata bilangan tingkat (numeralia ordinalia):pertama,
kedua, ketiga, kelima, kesepuluh
3.Kata
bilangan tak tentu:beberapa, segala, semua, tiap-tiap dan sebagainya
4. Kata bilangan kumpulan:kedua, kesepuluh, dan
sebagainya.
Penggunaan kata
bilangan adalah sebagai berikut:
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan
atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka arab atau angka romawi. Angka digunakan untuk menyatakan:
a. Ukuran panjang, berat,
luas, dan isi,
b.
Satuan waktu,
c.
Nilai uang, dan
d.
Kuantitas .
2. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor
jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.Misalnya: Jalan tanah abang 1 No. 15 Hotel Indonesia, Kamar
169
3. Angka digunakan
juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci
Misalnya: Bab X,Pasal 5,
halaman 252, Surah Yasin:9
4. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf
dilakukan sebagai berikut.
Bilangan
utuh : dua ratus dua puluh dua (222)
Bilangan pecahan: seperdelapan (⅛ ), dua per tiga ( ⅔)
5. Penulisan
lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:Paku buwono X; dalam kehidupan pada abad ke-20
ini
6. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang
bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya : Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor
ayam.
7. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis
dengan huruf. Jika perlu, susuna kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak
dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya :
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo
mengundang 250 orang tamu.
Bukan :
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo
8. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar
dapat dieja sebagaian supaya lebih mudah dibaca.Misalnya :Perusahaan itu baru
saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk indonesia
berjumlah lebih dari 120 juta orang
9. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan
huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam dokumen resmi seperti akta dan
kuitansi.
Misalnya
:Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Bukan :
Kantor kami
mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
10. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan
huruf, penulisanya harus tepat.
Misalnya
:Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp.999,75 (sembilan ratus sembilan
puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah)
7.Preposisi (kata depan)
Kata depan ialah jenis kata yang
terdapat di depan nomina (kata benda), misalnya : dari, ke & di.
Ketiga kata depan ini dipakai untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan
tempat atau sesuatu yang dianggap tempat.Kata - kata depan yang terpenting
dalam bahasa Indonesia adalah :
a.
DI, KE, DARI : Ketiga macam kata depan ini dipergunakan untuk merangkaikan kata
– kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat:
Di Jakarta, di rumah, ke rumah, dari sawah, dari sekolah, dan lain - lain.
b. Bagi
kata – kata yang menyatakan orang, nama orang atau nama binatang, nama waktu
atau kiasan dipergunkan kata pada untuk menggantikan di, atau
kata – kata depan lain digabungkan dengan pada misanya: daripada,
kepada.
Pada suatu
hari
pada bapak
Pada hari
sabtu
pada senin
Pada
kami
kepada teman – teman
c. Selain dari pada itu ada kata – kata
depan yang lain, baik berupa gabungan maupun tunggal seperti: di mana, di sini, di situ,
akan,oleh, dalam, atas, demi, guna, buat, berkat, terhadap, antara, tentang,
hingga, dan lain – lain.
Di samping itu ada
beberapa kata kerja yang dipakai pula sebagai kata depan, yaitu : menurut,
menghadap, mendapatkan, melalui, menuju, menjelang, sampai.
Ada kata depan, yang menduduki
bermacam – macam fungsi yang istimewa. antara lain:
a. AKAN
: Kata Depan akandapat menduduki beberapa fungsi:
- Pengantar objek: ia
tidak tau akan hal itu.
Ku lupa akan semua kejadian itu
-Untuk menyatakan
future: saya akan pergi ke Surabaya.
Kakek
akan tiba hari ini.
- Untuk penguat atau penekan, dalam
hal ini dapat berfungsi sebagi penentu: akan hal itu perlu kita perundingkan
kelak.
b.DENGAN
: Kata Depan dengan dapat menduduki beberapa macam fungsi, misalnya:
-
Untuk menyatakan alat (instrumental):
Ia memukul anjing dengan tongkat.
Adik makan dengan sendok.
-
Menyatakan hubungan kesertaan (komitatif):
Ia kepasar dengan ibunya.
-
Membentuk adverbial kualitatif:
Perkara itu diselidiki dengan cermat.
-
Dipakai untuk menyatakan keterangan komparatif:
Adik sama tinggi dengan Adi.
c.ATAS
: arti dan fungsinya:
-
Membentuk keterangan tempat, dalam hal ini sama artinya dengan di atas.
Kami
menerima tanggung jawab itu di atas pundak kami.
-
Menghubungkan kata benda atau kata kerja dengan keterangan:
Kami mengucapkan terima kasih atas
kerelaan saudara.
Kami menyesal atas sekalian tindak
tanduknya.
-
Dipakai di depan beberapa kata dengan arti : dengan atau demi.
Misalnya:
Atas
nama atas
kehendak atas
perintah
Atas desakan atas kematian dan
sebagainya
d.
ANTARA : arti dan fungsinya:
-
Sebagai penunjuk arah :
Jarak
antara jogja dan solo.
-
Sebagai penunjuk tempat: dalam hal ini sama artinya dengan di antara :
Antara
murid – murid itu mana yang terpandai?
-
Dapat pula berarti kira – kira:
Antara
lima jam lalu ia meninggalkan tempat ini.
8.Kata Tanya
Kata
tanya ialah perkataan yang digunakan untuk bertanyakan sesuatu.
Macam-macam
kata tanya :
a. Apa
Digunakan untuk menanyakan benda, hal dan binatang. Contoh : Apa yang kau lakukan ?
b. Siapa
Digunakan untuk menanyakan orang. Contoh : Siapa namamu ?
c. Kapan
Digunakan untuk menanyakan waktu. Contoh : Kapan acara itu dimulai ?
d. Berapa
Digunakan untuk menanyakan jumlah. Contoh : Berapa banyak anakmu ?
e. Dimana
Digunakan untuk menanyakan tempat. Contoh : Dimana rumah kakekmu ?
f. Bagaimana
Digunakan untuk menanyakan keadaan atau cara. Contoh : Bagaimana kabar nenekmu ?
g. Mengapa
Digunakan untuk menanyakan alasan. Contoh : Mengapa kamu bolos kemarin ?
a. Apa
Digunakan untuk menanyakan benda, hal dan binatang. Contoh : Apa yang kau lakukan ?
b. Siapa
Digunakan untuk menanyakan orang. Contoh : Siapa namamu ?
c. Kapan
Digunakan untuk menanyakan waktu. Contoh : Kapan acara itu dimulai ?
d. Berapa
Digunakan untuk menanyakan jumlah. Contoh : Berapa banyak anakmu ?
e. Dimana
Digunakan untuk menanyakan tempat. Contoh : Dimana rumah kakekmu ?
f. Bagaimana
Digunakan untuk menanyakan keadaan atau cara. Contoh : Bagaimana kabar nenekmu ?
g. Mengapa
Digunakan untuk menanyakan alasan. Contoh : Mengapa kamu bolos kemarin ?
9.Interjeksi (kata seru)
Kata seru ialah kata yang mengungungkapkan
perasaan.Oleh semua tatabahasa tradisional, kata seru diklasifikasikan sebagai
suatu jenis kata. Bila melihat wujud dan fungsinya, maka tidak dapat diterima
ketetapan itu, walaupun harus diakui dengan melihat saja bentuknya kita dapat
tertipu karenanya. Interjeksi sekaligus mengungkapkan semua perasaan dan maksud
seseorang. Berarti interjeksi itu sudah termasuk dalam bidang sintaksis. Atau
dengan kata lain apa yang dinamakan kata seru itu, bukanlah kata tetapi semacam
kalimat.
Bermacam – macam interjeksi yang
dikenal hingga sekarang adalah:
a.Interjeksi asli: yah, wah, ah,
hai,o, oh, cis, cih, nah, he dll.
Contoh: hai, datanglah kemari!
b.
Interjeksi yang berasal dari kata – kata biasa : yang dimaksud dengan
interjeksi ini adalah kata – kata benda atau kata – kata lain yang digunakan
atau biasa digunakan kata seru: celaka, masa, kasihan,
contoh:
celaka, hpku hilang!
c.
Interjeksi yang berasal dari ungkapan – ungkapan, baik dari ungkapan Indonesia
asli maupun dari ungkapan asing, misalnya: ya ampun, demi Allah, Insya Allah,
Alhamdulillahi robbilalaminn, astagfirullah.
Contoh:
demi Allah saya tidak mengambilnya!
10. Kata Sambung
Adalah kata yang digunakan untuk menggabungkan
kalimat tunggal dengan kalimat tunggal lainnya.Bagian-bagian
kalimat atau menghubungkan kalimat-kalimat itu dapat berlangsung dengan
berbagai cara:
1.Menyatakan
gabungan: dan, lagi pula, serta.
Contoh: aku dan
tina pergi ke taman
2.Menyatakan
pertentangan: tetapi, akan tetapi, melainkan.
Contoh: saat liburan aku ingin pergi
ke Jogja tetapi kakak ingin ke Surabaya
3.Menyatakan
waktu: apabila, ketika, bila, bilamana, demi, sambil, sebelum, sedang, sejak,
selama, semenjak, sementara, seraya, setelah, sesudah, tatkala, waktu.
Contoh: aku selalu sarapan sebelum
berangkat ke sekolah
4.Menyatakan tujuan: supaya, agar
supaya dan lain-lain.
Contoh: ibu menyuruhku memakai jaket
supaya tidak kedinginan
5.Menyatakan
sebab: sebab, karena, karena itu, sebab itu.
Contoh: aku tidak sekolah karena
sakit
6.Menyatakan akibat: sehingga,
sampai.
Contoh: aku terlambat bangun
sehingga terlambat sampai di sekolah
7.
Menyatakan syarat: jika, andaikan, asal, asalkan, jikalau, sekiranya,
seandainya.
Contoh: aku akan datang jika kamu mau
menjemputku
8. Menyatakan pilihan: atau, maupun, baik,
entah
Contoh: kamu pilih pensil atau buku
9.Menyatakan
bandingan: seperti, bagai, bagaikan, seakan-akan.
Contoh: kau seperti air di daun talas
10.Menyatakan tingkat: semakin, kian, bertambah
Contoh: semakin hari kau semakin tinggi
11.Menyatakan
perlawanan: meskipun, biarpun, dan lain-lain.
Contoh: meskipun aku miskin tapi aku masih
bisa bertahan untuk hidup
12.Pengantar
kalimat: maka, adapun, akan. Dalam kesusastraan lama kita mengenal pula
kata-kata pengatar kalimat seperti: bahwasanya, sebermula, syahdan,
hatta, arkiran, kalakian, sekali peristiwa.
13.Menyatakan
penjelas: yakni, umpama, yaitu.
Contoh: bentuk kata ada empat yaitu kata
dasar, kata turunan, kata ulang dan kata majemuk.
14.Sebagai penetap sesuatu: bahwa.
15.Sebagai sangkalan: seolah-olah
Contoh: seolah-olah kamu bias menyelesaikan
semuanya
Segala macam kata sambung yang menghubungkan atau menerangkan kalimat secara
jelas, disebut menerangkan secara eksplisit. Tetapi di samping itu sifat
hubungan itu dapat berlangsung tanpa memakai satu kata sambung pun. Maknanya
harus ditafsir atau diturunkan berdasarkan hubungan kalimat. Keteranganya yang
tidak mempergunakan alat-alat bahasa ini bersifat implisit, misalnya:
Ia datang, saya berangkat.
Dalam kalimat diatas secara implisit terkandung keterangan waktu.
Keterangan
waktu yang tersembunyi itu secara eksplisit dapat dinyatakan sebagai berikut:
Ketika ia datang, saya berangkat, atau
Ia datang, ketika saya berangkat.
Suatu hubungan yang dinyatakan secara implisit dapat ditafsirkan
bermacam-macam; tergantung dari pandangan tiap pendengar atau pembaca.
Penulisan Kata Yang Benar Menurut EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan)
Penulisan kata
Berikut adalah ringkasan pedoman
umum penulisan kata.
- Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu.
- Kata turunan (lihat pula penjabaran di
bagian Kata turunan)
- Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan
kata dasar. Contoh: bergeletar, dikelola [1].
- Jika kata dasar berbentuk
gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan untuk
memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi
- Jika kata dasar berbentuk
gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan
ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas.
Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan.
- Jika salah satu unsur gabungan
hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: adipati,
mancanegara.
- Jika kata dasar huruf awalnya
adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung. Contoh: non-Indonesia.
- Bentuk ulang ditulis secara
lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang berarti tunggal
(lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun yang
berbentuk berubah beraturan (sayur-mayur, ramah-tamah).
- Gabungan kata atau kata majemuk
- Gabungan kata, termasuk
istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, ibu
kota, sepak bola.
- Gabungan kata, termasuk
istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat
ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar,
anak-istri saya.
- Beberapa gabungan kata yang
sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian Gabungan kata
yang ditulis serangkai.
- Kata ganti (kau-, ku-, -ku,
-mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil,
bukumu, miliknya.
- Kata depan atau preposisi (di [1], ke, dari)
ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim seperti kepada, daripada,
keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah,
dari Surabaya.
- Artikel si dan sang
ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si
kancil.
- Partikel
- Partikel -lah, -kah,
dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah,
apatah.
- Partikel -pun ditulis
terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun, bagaimanapun,
dll. Contoh: apa pun, satu kali pun.
- Partikel per- yang
berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis
terpisah. Contoh: per 1 April, per helai.