Penyebab Pemanasan Global Bumi
Berikut ini faktor-faktor penyebab terjadinya pemanasan
global:
1.
Efek Rumah Kaca
Segala
sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Ketika energi ini
tiba permukaan Bumi, cahaya berubah menjadi panas yang menghangatkan Bumi.
Permukaan Bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya.
Sebagian dari panas ini berwujud
radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi. Hal ini disebabkan oleh menumpuknya jumlah gas rumah kaca
antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas
tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi.
Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga
mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut
berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya
konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di
bawahnya.
2.
Kerusakan Hutan
Salah satu fungsi tumbuhan
yaitu menyerap karbondioksida (CO2), yang merupakan salah satu dari
gas rumah kaca, dan mengubahnya menjadi oksigen (O2). Saat ini
di Indonesia diketahui telah terjadi kerusakan hutan yang cukup parah.
Laju kerusakan hutan di Indonesia, menurut data dari Forest Watch Indonesia
(2001), sekitar 2,2 juta/tahun. Kerusakan hutan tersebut disebabkan oleh
kebakaran hutan, perubahan tata guna lahan (antara lain perubahan hutan menjadi
perkebunan dengan tanaman tunggal secara besar-besaran, misalnya perkebunan
kelapa sawit) , serta kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh pemegang Hak
Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Dengan kerusakan
seperti tersebut diatas, tentu saja proses penyerapan karbondioksida tidak
dapat optimal. Hal ini akan mempercepat terjadinya pemanasan global.
3.
Sampah
Sampah
menghasilkan gas metana (CH4). Diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan 50
kg gas metana. Sampah merupakan masalah besar yang dihadapi kota-kota di
Indonesia. Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada tahun 1995
rata-rata orang di perkotaan di Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 0,8
kg/hari dan pada tahun 2000 terus meningkat menjadi 1 kg/hari. Dilain pihak
jumlah penduduk terus meningkat sehingga, diperkirakan pada tahun 2020 sampah
yang dihasilkan mencapai 500 juta kg/hari atau 190 ribu ton/tahun. Dengan
jumlah ini maka sampah akan mengemisikan gas metana sebesar 9500 ton/tahun. Dengan
demikian, sampah di perkotaan merupakan sektor yang sangat potensial,
mempercepat proses terjadinya pemanasan global.
4.
Industri
Negara industri atau yang sering disebut sebagai
negara maju adalah yang paling bertanggung jawab terhadap terjadinya pemanasan global. Hal ini karena
negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa menyumbang 50 persen lebih
penyebab pemanasan global. Yang paling buruk adalah industri mobil yang dulu
pusatnya di Amerika. Kini industri besar-besaran tidak cuma di Amerika, tapi juga
di negara yang sedang berkembang seperti China, India, dan Indonesia. Polusi
dari industri hampir merata di seluruh di dunia. Polusi dari industri merupakan salah satu faktor penyebab pemanasan
global.
5.
Efek Umpan Balik
Proses umpan
balik yang terjadi mempengaruhi penyebab pemanasan global. Sebagai contoh
adalah pada proses penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pada
awalnya pemanasan akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke
atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus
berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu
kesetimbangan konsentrasi uap air.
Efek rumah kaca yang dihasilkannya
lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun
umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif
udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).
Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia
yang panjang di atmosfer.
Umpan balik penting lainnya adalah
hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur
global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang
terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di
bawahnya akan terbuka.
Baik daratan maupun air memiliki
kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan
akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah
pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu
siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat
terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah
mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang
meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat,
hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic
sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan
penyerap karbon yang rendah.
6. Polusi
Karbondioksida dari pembakaran bensin untuk transportasi
Panas dari matahari yang masuk ke
atmosfer bumi, tidak semuanya bisa dipantulkan kembali keluar atmosfer. Sebagian
panas tersebut tetap tertahan di dalam atmosfer bumi. Penyebabnya adalah polusi
besar-besaran gas CO2 (Karbondioksida)
. Gas CO2 yang berlebihan bisa menghambat
keluarnya panas matahari yang dipantulkan Bumi.
Sumber polusi karbondioksida salah satunya berasal dari mesin kendaraan bermotor. Apalagi,
keadaan semakin diperparah oleh adanya fakta bahwa permintaan kendaraan
bermotor setiap tahunnya terus meningkat seiring dengan populasi manusia yang
juga tumbuh sangat pesat. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
pemanasan global.
7 7. Polusi
Karbondioksida dari pembangkit listrik bahan bakar fosil
Polusi gas CO2 paling besar berasal pembakaran bahan bakar fosil.
Bahan bakar fosil adalah bahan bakar yang terbentuk dari fosil tumbuhan atau hewan
purba. Bahan bakar ini contohnya
minyak bumi (yang kemudian jadi bensin dan solar) dan batu bara. Ketergantungan kita yang semakin
meningkat pada listrik dari pembangkit listrik bahan bakar fosil membuat
semakin meningkatnya pelepasan gas karbondioksida sisa pembakaran ke atmosfer.
Sekitar 40% dari polusi karbondioksida dunia, berasal dari produksi listrik
Amerika Serikat. Kebutuhan ini akan terus meningkat setiap harinya. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global.
8 8. Gas Metana
dari peternakan dan pertanian.
Gas metana menempati urutan kedua setelah
karbondioksida yang menjadi penyebab terjadinya efek
rumah kaca. Gas metana dapat bersal dari bahan organik yang dipecah oleh
bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen, misalnya dipersawahan. Proses ini
juga dapat terjadi pada usus hewan ternak, dan dengan meningkatnya jumlah
populasi ternak, mengakibatkan peningkatan produksi gas metana yang dilepaskan
ke atmosfer bumi. Dengan meningkatnya jumlah
gas metana, dapat menyebabkan dan meningkatkan terjadinya pemanasan global.
9 9. Penggunaan
pupuk kimia yang berlebihan
Pada kurun waktu paruh terakhir abad ke-20, penggunaan
pupuk kimia dunia untuk pertanian meningkat pesat. Kebanyakan pupuk kimia ini memiliki bahan nitrogenoksida yang 300 kali lebih kuat dari
karbondioksida sebagai perangkap panas, sehingga semakin
banyak pupuk kimia yang digunakan, maka semakin banyak panas matahari yang
ditangkap oleh pupuk kimia tersebut. Dengan demikian pupuk kimia juga ikut
memanaskan bumi.
- Penipisan
Lapisan Ozon
Lapisan ozon merupakan suatu lapisan tipis yang
banyak mengandung gas ozon yang terdapat pada bagian stratosfer. Lapisan ozon
tersebut berfungsi untuk menyerap dan memantulkan radiasi sinar ultraviolet
(UV) dari matahari sehingga sinar yang sampai di permukaan bumi tidak
berlebihan.
Meningkatnya aktivitas manusia di berbagai dunia
mengakibatkan keberadaan lapisan ozon tersebut menjadi menipis bahkan di
berbagai lokasi terutama kutub utara dan selatan bumi dalam keadaan berlubang.
Dengan menipisnya lapisan ozon maka sinar
matahari dapat secara langsung sampai ke permukaan bumi tanpa melalui proses
pemantulan dan penyerapan. Karena tidak ada yang menyerap dan memantulkan sinar
UV maka dapat mengakibatkan suhu udara di bumi akan lebih cepat panas dan pada
akhirnya akan mengakibatkan terjadinya pemanasan global.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar